Bandung - persis.or.id, Selepas shalat dzuhur (25/6), jamaah mesjid PP Persis mendengarkan tausyiah yang disampaikan Dr.Jeje Zaenudin. Beliau menyampaikan tentang intisari Q.S. Ali Imran : 159 dan pentingnya Qiyadatul Ummah (figur kepemimpinan sentral, red).
Kita mesti mengikuti pola dakwah Rasulullah SAW. Salah satunya adalah bersikap lemah lembut kepada mad'u dakwah (objek atau target dakwah, red). Dr.Jeje menyebutkan salah satu perangai lemah lembut yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah saat ada orang baduy yang kencing di mesjid. Para sahabat waktu itu merasa geram dan sempat akan mengkasari orang baduy tersebut. Dengan sigap Rasulullah SAW menahannya dan menangani persoalan tersebut. Setelah arab baduy itu menerima nasihat dan penuturan yang lembut dari Rasulullah SAW , akhirnya cahaya hidayah pun meresap pada baduy itu dan dia menjadi muallaf.
Dr. Jeje Zaenudin pun memberikan contoh akan pentingnya sikap lemah lembut kepada mad'u dawah yang belum memahami Islam. Hal ini terbukti dari kasus Tanjung Priok. Ternyata awal mula pecahnya kasus Tanjung Priok itu dimulai dari adanya seorang angkatan darat TNI yang shalat di mesjid masih mengenakan sepatu. Sedangkan di mesjid ada seorang ustadz yang sedang menyampaikan tausiyah. Jamaah yang marah segera mengusir TNI tersebut dan tidak sadar bahwa dampaknya akan terjadi konflik.
Disisi lain, beliau menyebutkan bahwa saat ini umat Islam membutuhkan figur kepemimpinan terpusat atau sentral. Untuk menyinergiskan semua lembaga dakwah. Saat ini lembaga-lembaga dakwah Islam belum terfokus pada gerakan bersama, masih bermimpi sendiri-sendiri. Inilah salah satu sebabnya musuh Islam bisa mengungguli umat Islam Indonesia karena kita belum bersatu.
Adanya Qiyadatul Ummah bisa membendung terjadinya propaganda perpecahan yang selalu dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Dr.Jeje pun mendesak agar lembaga-lembaga Islam untuk bersinergi dan menghimpun kekuatan bersama. Sudah saatnya mengalahkan orang-orang kafir dalam segala bidang. Umat Islam harus memimpin dan mendominasi. (/TG)