Propaganda Syiah Dibalik Sungkawa Karbala

oleh Reporter

17 September 2018 | 02:16

Bulan Muharam, terutama Hari Asyura, telah mendapatkan perlakuan istimewa dari berbagai kalangan, baik umat Islam maupun di luar umat Islam. Nabi Muhammad, sebagai penutup para nabi dan rasul, telah mengajarkan cara penghormatan terhadap bulan Muharram dan menyikapi hari Asyura dalam bentuk pelaksanaan sunnah beliau, berupa shaum sunat 9-10 Muharram. Bentuk penghormatan dan cara menyikapi demikian itu terus dilestarikan oleh para shahabat dan umat beliau di seluruh dunia yang konsisten dengan Sunnah Nabawiyyah.

Meski begitu, terdapat sekelompok orang, yang mengaku pengikut Ahlul Bait, berakidah Rafidhah alias Syiah Itsna ‘Asyariyyah alias Imamiyyah alias Jakfariyyah, yang menyikapi Asyura dengan keyakinan dan sikap berbeda. Karena bagi mereka, Asyura dijadikan hari berkabung, duka cita, dan menyiksa diri sebagai wujud bersungkawa serta ungkapan kesedihan dan penyesalan atas kematian Husen, cucu Nabi saw.

Dari situ timbul pertanyaan, mengapa kaum Syiah memilih sikap yang berbeda dengan Nabi dan Ahlul Baitnya dalam  memuliakan bulan Muharram, hari Asyura khususnya? Apa sebenarnya motif primer kaum syiah di balik perayaan Asyura itu? Temukan jawabannya dalam analisa berikut ini:

Propaganda Karbala I: Ambisi Syiah “Bertumbal” Husein

Propaganda Karbala II: Syiah Berkhianat Pada Muslim Bin ‘Aqil

Propaganda Karbala III: Cucu Nabi Mati Tragis Di Tangan Syiah

Propaganda Karbala IV: Sungkawa Sarat Rekayasa

 

 

 

***


Penulis: KH. Amin Muchtar, persis.or.id/sigabah.com

Reporter: Reporter Editor: admin