Sekilas Memoar Ustaz Kosim: Ahli Kejamiyyahan dari Pameungpeuk Kab. Bandung

oleh Reporter

15 Februari 2023 | 21:13

Oleh: Adam Tsabiet*

 

 

Ustaz Kosim, begitu kami biasa memanggilnya. Karismatik, disiplin, luwes, kaya gagasan, dan selalu semangat adalah kepribadian beliau yang senantiasa kami ingat.

Sebelumnya, pada kesempatan kali ini, mohon maaf Penulis tidak hendak bermaksud memotret segala profil apalagi biografi beliau secara mendetail dan menyeluruh, sebab memang kapasitas Penulis tidak sampai ke sana.

Penulis menyajikan tulisan sederhana ini sekadar memoar dari seorang murid biasa tentang gurunya Al-Ustaz Kosim Allahuyarhamhu, yang memang Penulis kagumi, itu pun dengan harapan semoga beliau sudi kiranya menganggap Penulis ini muridnya.

Tulisan ini hanya berdasarkan penilaian subjektif Penulis selama berkenalan dan bersama-sama beraktivitas dengan beliau di Pesantren PERSIS 3 Pameungpeuk tingkat Mu'allimin.

Maksud tulisan ini dibuat adalah hendak menyampaikan pesan bahwa sosok Ustaz Kosim Allahuyarhamhu adalah sosok yang menginspirasi dan sungguh layak diteladani oleh kita semua, wa bil khusus oleh kaum muda dan santri Persatuan Islam.

Dan mohon maaf, izinkan Penulis menyajikannya dengan “gaya bebas”, jika pun kurang runut ataupun banyak kekurangan, mohon permakluman dari Pembaca budiman sekalian. Tiada lain dan tiada bukan Penulis hanya bermaksud mengenang sekaligus menjadikan kepribadian sosok beliau sebagai salah satu inspirator kita semua.

***

Penulis yakin bahwa semua santri khususnya di Mu’allimin Pesantren PERSIS 3 Pameungpeuk Kab. Bandung akan sepakat, jika disebutkan bahwa beliau ini adalah ustaz yang paling disiplin. Kedisiplinan beliau terbukti dengan selalu tepat waktunya beliau hadir untuk mengajar. On time, dan selalu memberikan pengajaran.

Tidak hanya dalam hal mengajar, Jika ada undangan rapat asatiz dan waktu rapat di undangan tertera adalah pukul 08.00 WIB, beliau akan disiplin dan on time tepat pada jam tersebut. Beliau sudah stand-by berada di ruang rapat, hingga terkadang para asatiz yang lain harus beliau tegur untuk segera menyusul ke ruang rapat.

Selain kedisiplinan, lagi-lagi kita harus sepakat bahwa beliau adalah salah satu sosok ustaz yang paling semangat di pesantren ini. Terbukti dengan betapa selalu ceria, hangat dan energiknya beliau ketika mengajar, selalu jelas dan lugasnya setiap kalimat yang beliau sampaikan. Bahkan, ketika sedang sakit pun beliau tetap terlihat semangat, tidak ada keluh-kesah, tidak nampak murung dan muram, meski beliau dibantu dengan menggunakan speaker dan microphone di kelas.

Ketika menerangkan pembahasannya, beliau selalu berkeliling dan berjalan-jalan di kelas, mungkin di antaranya untuk memastikan bahwa semua santri harus mendengar apa yang beliau ucapkan, apa yang beliau terangkan. Ya, memang beliau adalah sosok yang selalu energik dan power full dalam setiap kesempatan mengajar, baik itu di kelas maupun di luar kelas; di mimbar-mimbar khutbah, baik taujih dan tausiah di dalam maupun di luar pesantren.

Di pesantren, beliau mengampu mata pelajaran Kejam’iyyahan atau Kepersisan. Mata pelajaran pokok yang begitu sangat urgen dan fundamental untuk disampaikan, dipahami, diresapi, dan diamalkan oleh santri-santri PERSIS tingkat Mu’allimin. Dan aktivitas mengajar mata pelajaran kejam’iyyahan ini sungguh sangat beliau hayati dan totali.

Beliau sistematis dan runut dalam menyampaikan sub-sub pokok pembahasan, seluk beluk kejam'iyyahan nampak sudah fasih sekali dikuasai beliau, dari mulai dalil-dalil ayat dan hadits, sejarah, gagasan para tokoh PERSIS, administrasi, gerakan jihad jam'iyyah, dll. Tak hanya ilmiah, proporsional-profesional, namun juga diselingi dengan humor-humor segar dan canda-sapa hangat kepada para santrinya di kelas.

Meski padahal semua tahu, mata pelajaran ini tidak ada dalam kurikulum dan apalagi insentif sertifikasinya dari pemerintah. “Kurikulum jeung insentif-namah, nya, langsung ti Allah Swt., Nabi Muhammad saw., ti para sahabat r.a., jeung ti ulama-ulama PERSIS weh!”. Begitu kurang lebih asumsi yang dapat Penulis tangkap seba’da mengobrol mengenai bab ini dengan beliau.

Penulis yakini beliau ini memanglah ahlinya dalam kejam’iyyahan atau kepersisan. Tak heran jika santri-santri di sini menyebut beliau ini memang PERSIS banget. Hal ini dibuktikan dengan meluncurnya banyak karya beliau tentang kepersisan ini, beliau menyusun dengan apik Silabus Pelajaran Kejam’iyyahan untuk Mu’allimin’, buku Pedoman Hidup Berjam’iyyah bersama Ustaz Shiddiq Amin Allahuyarhamhu dan Ustaz Didi Kuswandi Allahuyarhamhu, juga buku yang kemarin dibagikan sewaktu Muktamar PERSIS di Sutan Raja, Soreang: Membumikan Jihad Jam’iyyah bersama Ustaz Uyun Kamiludin. Belum lagi bagaimana tekunnya beliau mengumpulkan tulisan-tulisan Ustaz Abdurahman Allahuyarhamhu dan ustaz-ustaz PERSIS pendahulu lainnya.

Juga karya-karya amal lainnya dari beliau untuk kemajuan Islam dan kaum muslimin secara umum, buku Kaifiyat Shalat Nabi yang disusun bersama Ustaz Dedi Rahman Allahuyarhamhu juga adalah buah karya beliau. Sederet bukti bahwa beliau memanglah di antara salah satu sosok ustaz PERSIS yang khas, produktif, dan otentik.

Pada tahun 2013, Penulis diamanahi beliau untuk meneruskan mengampu mata pelajaran Fiqh Siyasah di kelas 12 Mu’allimin PPI 3 Pameungpeuk, yang sebelumnya diampu langsung beliau. Padahal, Penulis hanyalah “anak muda” yang tidak mengerti apa-apa tentang fiqh apalagi siyasah. Kepercayaan beliau kepada anak muda begitu besar. “Ana mah cekap weh ngajar Kejam’iyyahan, Fiqh Siyasah-na wayahna ku antum!” Begitu ujar beliau tawadhu, sambil tersenyum.

Jika sudah ngariung bertatap muka dengan para asatiz di kantor, beliau pasti menggelar diskusi terbuka kepada para asatiz. Tema fikih, keputusan Dewan Hisbah PERSIS, dan kejam’iyyahan sepertinya memang adalah “makan-minum” beliau dalam setiap obrolan diskusi, sekaligus berita koran hari ini, dan Persib seringkali juga diselipkan di antara diskusi tersebut. Ya, beliau juga adalah bobotoh Persib.

Beliau menolak beberapa kali untuk dijadikan mudir pesantren, pokok sebab alasannya adalah: ada tugas-tugas jihad dan dakwah beliau di luar pesantren yang tidak mungkin di-lalaworakeun juga.

Kiprah beliau di jamiyyah begitu sangat luas dari sejak muda, berguru langsung kepada Ustaz Abdurahman Allahuyarhamhu, aktif dari mulai PJ, PC di Cabang Pameungpeuk hingga pernah aktif di PP era Ustaz Shiddiq Amin Allahuyarhamhu.

Sungguh luar biasa integritas, kredibilitas, loyalitas dan totalitas beliau untuk dakwah Islam ini. Tentunya hal ini bukan beliau dapat dari ruang hampa yang kosong tanpa gemblengan, bukan tanpa perih, duka dan luka, tetapi mungkin semua pengalaman sudah mengkristal dalam diri beliau berkat ikhtiar dan ragam proses yang beliau lalui, yang tentu kesemuanya atas kehendak Allah Swt.

Sekali lagi, tulisan ini hanyalah tulisan ringkas tentang beliau, berdasarkan pengalaman singkat Penulis pernah bersama beliau di Pesantren PERSIS 3.

Akhir kata, semoga Allah Swt. mengampuni segala kekhilafan beliau, memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita semua yang ditinggalkannya. Semoga menjelma banyak sosok yang menjadi penerus perjuangan jihad Al-Ustadz Kosim Allahuyarhamhu ini. Aamiin.

 

  *) Penulis adalah salah satu santri yang beliau ajar di Mu’allimin PPI 3 Pameungpeuk Kab. Bandung.

Reporter: Reporter Editor: admin