Siapa Dibalik Oknum Polri? Ketika Aksi Damai Diricuhkan dengan Tembakan Membabi Buta

oleh Reporter

07 November 2016 | 08:06

Jakarta - persis.or.id, Seperti diketahui, aksi damai bela Al-Quran yang berlangsung hari Jum’at (04/11) harus berakhir ricuh ketika polisi secara membabi buta menembakkan gas air mata dan peluru karet kepada massa yang damai. Setidaknya puluhan orang luka-luka dan 1 orang tewas lantaran sesak nafas. Ustadz Bachtiar Nashir menganggap ada sesuatu yang aneh dalam kericuhan dalam Aksi Bela Quran Jum’at malam 4 November 2016. Ia mengungkapkan, gas air mata yang awalnya ditembakkan ke pihak provokator, tiba-tiba ditembakkan ke masa yang damai. “Ketika gas air dihujankan yang tadinya hanya di pihak provokator, tiba-tiba disemprotkan ke peserta yang damai. Padahal banyak peserta damai, banyak ibu-ibu. Kemudian terjadi tembakan membabi buta sehingga banyak korban,” katanya dalam konferensi pres di Restoran Pulau Dua Jakarta, Sabtu (05/11). Bachtira Nasir mengatakan bahwa Ustadz Arifin Ilham menjadi korban gas air mata ketika keluar dari negosiasi, kemudian Syaikh Ali Jaber juga menjadi korban. “Padahal kami mencoba untuk persuasif. Sampai kemudian ada yang meninggal dunia,” ucapnya. Saat terjadi kericuhan, kata dia, Kapolri Tito Karnavian dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sudah berteriak untuk menghentikan tembakan. Namun aparat tidak menggubris. “Pak Kapolri dan Panglima TNI berteriak dengan sangat keras, tapi tembakan air mata dan peluru karet terus ditembakkan. Motor-motor polisi berkurumunan di tengah massa dan menggilas,” tuturnya. Melihat tekanan yang begitu represif, Bachtiar Nasir menjelaskan bahwa pihaknya berusaha untuk menjauhkan seruan-seruan bernada melawan. “Jangan melawan, jangan maju, bertahan! Jadi perlawanan kami bertahan tanpa melakukan perlawanan. Karena kami tidak mau dibenturkan dengan Kapolri dan TNI,” pungkasnya. (TI/M.R)
Reporter: Reporter Editor: admin