Bandung, persis.or.id - Setelah rangkaian pembukaan, Muktamar XII Pemudi PERSIS juga diisi dengan kegiatan talkshow yang bertajuk 'Sejarah Pemudi PERSIS'.
Digelar di Hotel Grand Sunshine Soreang pada Rabu (21/12/2022), Ketua Umum PP Pemudi PERSIS pertama yakni Hj. Hafifah Rahmi P. S.Pd dan ketua umum kedua Dra. Husni Rofiqoh, M.Ag hadir sebagai narasumber, ditemani oleh Ketua Umum PP PERSISTRI Drs. Hj. Lia Yuliani M. Ag.
Sebagai pemateri pertama, Hafifah merasa bahwa berada di tengah-tengah anggota Pemudi PERSIS, ternyata mampu mengembalikan momen-momen indah masa lalu yang pernah dirasakannya.
“Saya seperti diajak bernostalgia, hingga akhirnya saya menyadari bahwa saat ini dengan kondisi Pemudi sekarang, saya merasa bangga pernah berada di Pemudi PERSIS,” ungkapnya.
Muktamar kali ini mengingatkannya pada perjuangan yang pernah dilaluinya dengan para tasykil terdahulu saat pertama kali bernama Pemudi PERSIS, karena sebelumnya organisasi ini bernama Jamiyatul Banat.
“Keinginan menjalankan tugas begitu tinggi, tapi masih bingung apa yang harus dilakukan. Perihal data dan administrasi belum komplit saat itu,” terangnya.
Dirinya juaga mengungkapkan beberapa hal yang telah dilakukan oleh masa jihad pertama PP Pemudi PERSIS saat itu. Seperti penyempurnaan Juklak, pengecekan, hingga kontrol saat pelaksanaannya.
Selain itu, pihaknya telah membuat buletin Suara An-Nisa yang mendapat apresiasi bukan hanya dari anggota Pemudi PERSIS saja, tapi juga para anggota PERSISTRI.
Salah satu tantangan terbesar saat itu, kata dia, adalah kesulitan untuk merekrut anggota. Sebab, ssaat itu masih terjadi silang pendapat dengan PERSISTRI yang membuka keanggotaan mulai dari seorang perempuan masuk akil baligh.
“Kami kesulitan melakukan kaderisasi. Makanya, kami melakukan bargaining dengan PERSISTRI dalam hal patokan umur anggota. Padahal yang dibutuhkan oleh organisasi adalah kaderisasi untu melanjutkan perjuangan,” tandasnya.
Membahas mengenai program, Husni Rofiqoh yang memimpin pada masa jihad 2000-2005 juga memiliki kenangan tersendiri.
Memiliki slogan ‘Go Public’, dirinya melanjutkan program yang telah ditancapkan oleh ketua sebelumnya.
Yakni dengan mengadakan audiensi ke beberapa kementrian, terpilihnya mars dan hymne Pemudi PERSIS, hingga menginisiasi Forum Kajian Muslimah (FK) dengan beberapa organisasi keperempuanan lainnya.
Dirinya mengatakan bahwa Pemudi saat ini harus bersosialisasi dengan organisasi di luar PERSIS. Sebab, organisasi kader ini tidak hanya orang tapi juga programnya.
“Pemudi sekarang harus bisa bersinergi dan berkolaborasi, salah satunya untuk mensibgoh instansi lain untuk merealisasikan dakwah Al-Quran dan As-Sunnah,” terangnya.
Hadir di tengah-tengah kegiatan, Hj. Lia Yuliani merasa terharu dan juga bangga dengan kader Pemudi PERSIS yang menurutnya sangat luar biasa.
“Melihat sejarahnya dulu membuat pijakan, membuka pintu bukan hanya untuk internal, diharapkan dapat menjadi pelanjut kami di PERSISTRI. Terbukti sekarang sudah banyak yang menjadi anggota PERSISTRI,” terangnya.
Mengutip pernyataan Prof. Atip, dirinya menekankan bahwa otonom PERSIS secara keseluruhan adalah keluarga besar dengan kamar masing-masing, yang memiliki tugas dan peran masing-masing. Namun, dengan tetap mengingatkan bahwa aturan seluruh otonom tidak terlepas dari PERSIS.
“Dengan tema Muktamar yang luar biasa ini menunjukkan bagaimana perempuan dapat menunjang jihad PERSIS, yakni dengan pergerakan dakwah,” tuturnya.
[]
Reporter: Fia Afifah