Uyghur, Islam dan Pemerintahan China; Kekejaman Rezim Komunis di Balik Kemajuan Ekonomi China

oleh Reporter

15 April 2019 | 01:59

Melalui kesaksian berbagai korban dan pemberitaan media-media internasional, umat Islam di Indonesia saat ini kembali tersadarkan atas situasi yang sedang dialami saudara sesama muslim mereka di wilayah Asia Tengah, yaitu etnis Muslim Uyghur yang berada di bawah pemerintahan komunis China. Dengan dalih program de-ekstremisasi dan kebijakan re-edukasi, ratusan ribu etnis muslim Uyghur ditempatkan dalam sebuah kamp tertutup untuk mendapatkan perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi dari aparat keamanan pemerintah komunis China. Apa sebenarnya yang telah dan sedang dialami muslim-Uyghur? Mengapa mereka diperlakukan sedemikian rupa oleh pemerintah komunis China? Mengapa pemerintah China tidak mau melepaskan wilayah Xinjiang menjadi negara independen?

 

Asal-Usul Etnis Uyghur dan Hubungannya dengan China

Uyghur merupakan salah satu etnis yang menempati sebuah wilayah geografis di Asia Tengah-modern sejak abad ke-9 M. Wilayah ini dikenal dengan nama Turkistan Timur atau Uyghur-land. Etnis Uyghur termasuk ke dalam rumpun bangsa Turki sehingga bahasanya memiliki kesamaan dengan bahasa Turki. Nenek moyang bangsa Uyghur telah tinggal di wilayah ini sejak abad ke-3 SM secara nomaden dengan menggembala hewan. Etnis Uyghur mulai hidup menetap pada abad ke-9 M sebagai petani di beberapa titik oasis dan berternak hewan lokal. Setelah hidup menetap, etnis Uyghur mulai memiliki kemampuan membuat kerajinan tangan dan menjadi pedagang. Secara geografis, Turkistan Timur (East Turkistan)  merupakan salah satu titik dalam rute Jalur Sutera (Silk Road). Kota Kashgar, yang merupakan kota kuno, memainkan peran penting dalam perdagangan dunia saat itu. Lokasi yang strategis ini membuat Turkistan Timur—pra Islam—menjadi titik persilangan peradaban Shamanisme, peradaban India, dan peradaban Yunani.

Antara abad ke-9 hingga 12 M, etnis Uyghur ini berpencar ke berbagai wilayah dengan pemimpin, agama, dan kebudayaan masing-masing sehingga dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama, yang terdiri atas 13 suku yang bergerak ke wilayah Selatan—saat ini dikenal dengan kawasan Tembok Besar China. Kelompok ini tidak dapat ditelusuri jejak sejarahnya. Kelompok kedua, bergerak ke wilayah Otonomi Gannan Yugur dan telah berasimilisasi dengan kebudayaan China. Kelompok ketiga adalah etnis Uyghur yang bertempat tinggal di oasis yang berada di gurun Taklimakan. Dari kelompok inilah tumbuh etnis Uyghur-muslim yang menjadi penduduk mayoritas di wilayah Turkistan Timur-modern.

Sebelum memeluk agama Islam, bangsa Uyghur awalnya merupakan penganut ajaran Shamanisme, Budhisme, Manichaenisme, dan Kristen-Nestorian. Beberapa kota seperti Hotan, Kuca, dan Turfan merupakan pusat pengembangan ajaran Budhisme pada abad ke-5 hingga ke-6 M. Ajaran Manichaenisme dan Kristen Nestor kemudian berkembang di wilayah ini pada abad ke-8 hingga ke-9 M. Ketika Raja dari Dinasti Karahanli, bernama Satuk Bughra Khan, memeluk agama Islam pada 934 M, bangsa Uyghur kemudian mengikuti agama rajanya tersebut. Islam lalu menjadi agama yang dianut oleh mayoritas bangsa Uyghur hingga saat ini.

Dengan latar belakang etnis, kebudayaan, dan juga agama ini, bangsa Uyghur telah sejak lama memiliki pemerintahan otonom sendiri. Prof. Alimcan Inayet, dosen di Institute of Turkish World Studies Universitas Ege, Turki, mencatat beberapa negara kuno yang pernah didirikan oleh bangsa Uyghur sejak abad ke-9 M, sebagai berikut.

 

  1. Negara Idikut Uyghur, didirikan pada 856 M oleh Mengli Tigin yang berdiri hingga abad ke-13 di bawah Kerajaan Mongol.
  2. Negara Karahanli, didirikan pada abad ke-10 oleh Bilgel Kul Kadir Khan. Negara ini menjadi negara muslim-Turki pertama ketika Sultan Satuk Bugra Khan memeluk agama Islam. Negara ini berdiri hingga abad ke-13 sampai dihancurkan oleh Negara Kara-Hitay.
  3. Negara Jagatai, diperintah oleh Jagatai, anak kedua dari Genghis Khan, yang berdiri hingga abad ke-15 M.
  4. Negara Saidiye Yarkent, dipimpin oleh Seyit Khan-a, keturunan Timur Lenk pada abad ke 16 M hingga abad ke-17 M setelah ditaklukkan oleh Hodja yang memimpin wilayah Turkistan Timur selama 77 tahun.
  5. Negara Kasghar, didirikan oleh Yakup Beg pada 1868 yang memimpin selama 10 tahun. Wilayah kekuasaan Kasghar ini, atas permintaan sendiri Yakup Beg, menjadi bagian dari Kerajaan Turki Utsmani. Namun, setelah Yakup Beg meninggal pada 1877, wilayah kekuasaan Negara Kasghar ini kemudian dikuasai oleh kerajaan China pada 1879.
  6. Negara Republik Islam Turkistan Timur, dideklarasikan pada 12 November 1933 melalui pemberontakan nasional yang dipimpin oleh, yang kemudian menjadi presiden, Hocaniyaz Hadji. Namun, umur negara ini tidka bertahan lama. Pada 1934, pemerintah China bekerja sama dengan Rusia behasila menjatuhkan negara ini.
  7. Negara Republik Turkistan Timur, didirikan pada 12 November 1944 oleh Ali Han Tore. Negara ini kemudian runtuh setelah wilayah Turkistan Timur diduduki Komunis-Chan pada 1949.

 

Sebelum berdirinya kerajaan pertama di Turkistan Timur, Dinasti Han dari Kerajaan China sebenarnya pernah menguasai wilayah Turkistan Timur untuk mengamankan Jalur Sutra yang melewati wilayah strategis ini. Namun sejak tahun 751, kerajaan China meninggalkan wilayah ini hingga 1,000 tahun lebih sampai pemerintahan China menjatuhkan Negara Kasghar pada 1879. Dalam waktu 1,000 tahun inilah etnis Uyghur menjalani proses yang panjang untuk membentuk sebuah kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan di wilayah sekitarnya, khususnya etnis China.

Sebagaimana dijelaskan di atas, etnis Uyghur telah mengalami berbagai pergantian kepercayaan, namun pada akhirnya agama Islam lah yang secara mayoritas dianut oleh etnis Uyghur sejak abad ke-10 hingga abad ke-21 ini. Agama-agama yang dianut oleh etnis Uyghur sebelum memeluk agama Islam hanya menjadi agama yang  beberapa penduduk lokal di kota-kota tertentu. Sementara itu secara umum, di seluruh wilayah Turkistan Timur, penduduknya memeluk agama Islam. Menurut Li Tang dalam makalahnya berjudul a History of Uighur Religious Conversions (5th-6th Centuries), agama-agama yang ada sebelum agama Islam jumlah penganutnya terus mengalami penurunan seiring dengan dianutnya agama Islam oleh etnis Uyghur.

 

 

---- bersambung ke Part 2

 

 

 

***

Penulis: Imam Sopyan

Reporter: Reporter Editor: admin