C. Ibroh bagi Ummat
Dari kisah Dzulkarnain di atas dapat diambil beberapa nilai untuk pendidikan kehidupan yaitu antara lain;
1. Menunjukan akan kemukjizatan Al-Qur’ân dari sisi pemberitaan ghaib yaitu menceritakan peristiwa Dzulkarnain beberapa ratus tahun Sebelum Masehi diceritakan kembali oleh Muhammad kepada orang Musyrikin dan Yahudi dengan benar padahal Muhammad saat itu belum lahir.
2. Bagi Ummat sekarang dapat memperkokoh keimanan terhadap kebenaran kisah yang ada dalam Al-Qur’ân, hal ini ditunjukan dengan adanya benteng Dzulkarnain yang dibuat sebelum masehi dapat dibuktikan kebenarannya pada masa sekarang. Hal ini sebagaimana dijelaskan Al-Maraghi (VI: 13) yang menyebutkan benteng Dzulkarnain ini telah dibuktikan ilmuan Jerman pada awal abad 15 M dan oleh sejarawan Spanyol dalam perjalanannya tahun 1403 M yang menyatakan bahwa benteng kota باب الحديد terletak pada jalan yang menghubungkan antara Samarkhan dan Hindia.
3. Berita ghaib lain yang menunjukan kemukjizatan dan kebenaran Al-Qur’ân adalah tentang kehancuran ummat oleh Ya’juj dan Ma’juj termasuk di dalamnya ummat Islam. Al-Maraghi (VI:69-71) menjelaskan dengan mengutip ayat Al-Qur’ân,
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا {الكهف :98}
“Dzulqarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar”. (QS. 18:98)
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ {الأنبياء :96}
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi”. (QS. 21:96)”
Menurut tafsiran Al-Maraghi, Akan terjadi pada Umat Islam di zaman yang akan datang ketika mereka terpecah-pecah menjadi beberapa golongan, untuk merasakan dampaknya. Saat mereka menjadikan agama potongan-potongan bagaikan satu jamuan. Golongan yang membagi-bagi ‘bagian ini adalah bagian untuk dia, dan bagian itu untuk itu. Ini berita ghaib yang akan terjadi pada ummat ini/Islam, dan sekarang telah terjadi dimana ummat Islam telah terpecah; politik agama dan kesatuan masyarakatnya, karena ulah sebagian pemimpin agama, maka Allah berpaling dari mereka yang berbeda-beda dan memotong-motong ummat. Ujian ini akan terus berlangsung sampai hari kiamat, dan diantara tandanya, dengan runtuhnya benteng Ya’juj dan Ma’juj/datangnya manusia-manusia yang cepat, turun dari tempat-tempat yang tinggi. Kehancuran ini diisyaratkan sabda nabi yang dikutip Al-Maraghi; قال النبيّ صم ويل للعرب من شر قد اقترب. Dan setelah sabda nabi ini, dibuktikan dengan kehancuran Arab, berakhirnya pemerintahan dan kekuasaan مستعصم di Bagdhad pada masa Daulah Abbasiyah.
Maka untuk menjaga dari kehancuran ummat karena terpecah-pecah, Allah memberikan petunjuk agar ummat Islam bersatu, karena hakikatnya ummat Islam itu agama tauhid, agama semua kaum mukminin yang Tuhannya satu dan ummat Islam akan kembali pula kepada yang satu. Untuk itu harus bersatu; al-Anbiya 92-93;
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ {} وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ كُلٌّ إِلَيْنَا رَاجِعُونَ {الأنبياء: 92-93}
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku. (.:) Dan mereka telah memotong-motong urusan(agama) mereka di antara mereka. Kepada Kamilah masing-masing golongan itu akan kembali”. (QS. 21: 92-93)
4. Bagi kehidupan bernegara, negara yang kuat dan kaya wajib menjaga negara lemah dan membantunya, tidak boleh mengambil keuntungan dan upeti sepanjang mampu. Ini seperti kekuasaan Dzulkarnain tidak mengambil upeti dari kawasan utara bahkan ia membantu untuk memecahkan permasalahan dan kesulitan yang dihadapi.
BACA JUGA:Dzulkarnain Da’i Penjelajah Dunia Dalam Al-Qur’ân (Bagian Dua)