Gerakan Dakwah Persis di Tengah Arus Ideologi Global

oleh Redaksi

20 Februari 2025 | 05:53

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels: https://www.pexels.com/photo/person-with-toy-airplane-on-world-map-3769138/

Oleh: Fajar Shiddiq



Persatuan Islam (Persis) merupakan salah satu organisasi masa Islam yang usianya lebih tua dari Republik Indonesia. Terhitung sejak berdirinya, yaitu 12 September 1923 sampai saat ini usianya hampir genap menginjak satu abad. Dengan rentang waktu yang cukup lama tersebut Persis banyak berkontribusi dalam wacana pembangunan bangsa ini –terutama di wilayah suprastruktur atau sumber daya manusia.


Persis didirikan tidak atas dasar kepentingan pragmatis atau atas dasar kebutuhan masyarakat pada masa itu, tetapi para pendirinya mendirikan organisasi tersebut murni atas dasar panggilan kewajiban dan tugas risalah dari Allah dan Rasul-Nya. Oleh karenanya, Persis sejak berdiri memiliki visi perjuangan terlaksananya syariat Islam secara kâffah dengan menjadikan Alquran dan As sunah sebagai landasan. Kemudian, visi tersebut diterjemahkan dengan misi gerakan ke dalam empat aspek, yaitu gerakan dakwah, pendidikan, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan. (Lihat Qanun Asasi Th. 2015, pasal 4 ayat 1)


Dalam usianya yang hampir genap satu abad, Persis cukup berhasil mewujudkan misi-misi gerakan tersebut. Di bidang dakwah, Persis sudah berusaha melebarkan sayap dakwahnya ke berbagai pulau di Indonesia dengan berdirinya level kepemimpinan dari Pimpinan Cabang sampai Pimpinan Wilayah; di bidang ekonomi Persis terus berusaha menciptakan produk sendiri seperti air mineral karya umat; di bidang sosial kemasyarakatan, terbentuk beberapa lembaga di bawah naungan Persis, seperti Pusat Zakat Umat dan Sigab; sedangkan di bidang pendidikan, sudah ratusan lembaga pendidikan yang didirikan Persis, mulai dari Madrasah Diniyyah sampai Perguruan Tinggi dengan sistem penomoran. Bahkan menurut Tatang Muttaqien sudah ada sekitar 333 lembaga pendidikan Persis. (Lihat Menuju Satu Abad Persatuan Islam, hlm. 92)


Keberhasilan Persis dalam rentang waktu yang hampir satu abad ini tidak menutup kemungkinan masih menyisakan catatan yang mesti diperbaiki lebih baik –terutama dalam aspek gerakan dan pengembangan kuantitas dakwah. Sebab dakwah tidak melulu berbicara soal kualitas, tetapi ada kalanya dakwah membutuhkan kuantitas agar jalan dakwah yang terjal penuh dengan perintang dapat diselesaikan dengan baik dan terorganisir. Terlebih lawan dan musuh dakwah semakin banyak dan masif dengan pengorganisasian yang baik dan rapi. Misalnya, gerakan ideologi global seperti Sekularisme dan Liberalisme yang kian kemari semakin berani menampakkan misi gerakannya di Indonesia. Tentu hal ini merupakan PR bersama yang harus dihadapi oleh umat Islam –khususnya Persis sebagai Lembaga Dakwah. Maka tulisan ini hanyalah satu opini sederhana sekaligus mengukuhkan kembali bahwa kehadiran Persis untuk menyebarkan risalah dan menjawab segala tantangan dakwah yang semakin kompleks. 



Harakah Tajdîd di Tengah Arus Ideologi Global


Persis lahir dari kelompok tadarrus yang diprakarsai oleh Haji Muhammad Yunus dan Haji Muhammad Zamzam di kota Bandung. Melalui pengkajian dan penelaahan yang intens pada sendi-sendi pokok ajaran agama, melahirkan kesadaran akan bahayanya kejumudan, keterbelakangan, dan taklid buta, yang kemudian diusung dengan gerakan pembaharuan (harakah tajdid).


Dalam sejarah pemikiran Islam, ide gerakan pembaharuan (harakah tajdid) merupakan tema yang cukup kontroversi. Akan tetapi Persis menjadikan ide tersebut sebagai prinsip perjuangan di tengah penyimpangan cara beragama umat Islam tempo dulu. Spirit harakah tajdid Persis di awal abad ke-20 gaungnya cukup kencang dan menggema; Persis tidak hanya memberantas TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Churafat) melainkan reaktif menghadang dan membentengi umat dari gerakan sempalan yang sesat seperti Ahmadiyah.


Seiring berjalannya waktu, prinsip dan spirit pembaharuan justru gaungnya tidak sekeras di awal aksennya, tetapi justru seolah stagnan atau boleh jadi hampir mati. Sebab, ketika penyimpangan-penyimpangan semakin bertambah banyak dan lebih variatif jenis kesesatannya, Persis dalam hemat kami justru malah sibuk memperbarui internal sendiri, atau bahkan seloroh beberapa orang menyebut Persis lebih fiqh-oriented. Padahal jika ditelaah kembali, ide gerakan pembaharuan (harakah tajdid) Persis sangat luar biasa dan diharapkan mampu melakukan kemajuan terhadap Islam secara umum seperti Aqidah dan Muamalah. Sebagaimana di dalam QA-QD dijelaskan maksud dari ide gerakan pembaharuan (harakah tajdid) sebagai berikut; 


  1. Purifikasi, yaitu pemurnian aqidah ibadah, ibadah, akhlak dan muamalah umat dari unsur-unsur syirik, takhayul, bid’ah, khurafat, dan munkarat lainnya...
  2. Dinamisasi, yaitu pengembangan, pembaharuan dan modernisasi ijtihadiyyah yang dapat berubah secara kondisional, seperti sistem organisasi, pengembangan model-model penyelenggaraan pendidikan, dakwah dan ekonomi dan sebagainya dan tetap berlandaskan pada nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber kepada Alquran dan Sunnah. (Bandung; 2015, hlm. 78)


Dengan demikian, tidak salah dan sudah seyogyanya Persis terus mendinamisasi penyelenggaraan dakwah, di antaranya. Terlebih, di tengah arus ideologi global saat ini, kaum Munafiq dan Zindiq sangat mudah memasarkan pemikiran sesat mereka, ditambah umat semakin mudah mengaksesnya melalui teknologi canggih. Misalnya, pemikiran-pemikiran global Sekularisme dan Liberalisme perlahan mulai menjalar dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Muslim hari ini. Para aktivisnya semakin gencar memasarkan ide nyelenehnya melalui buku, media massa, bahkan di ruang-ruang kampus sekalipun. Tentu geliat mereka adalah tantangan dakwah semua umat Islam termasuk Persis, upaya untuk meng-counter penyebaran syubhat-nya adalah tugas bersama semua aktivis dakwah. Oleh karenanya, Persis harus terus menggaungkan lebih kencang ide gerakan pembaharuan (harakah tajdid) dengan menata strategi lebih baik dan berusaha menghilangkan asumsi Persis adalah Ormas yang cenderung menggeluti Fiqih semata.






BACA JUGA:

Doa Mau Tidur Lengkap dengan Tulisan Latin, Arti, dan Anjurannya

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon