Nama Aikah
Aikah bukan nama orang sebagaimana Madyan. Aikah artinya, al-Sajaru al-Multaffu (pohon yang lebat daunnya), Aikah atau juga ashâb lîkah (penghuni hutan rimba)[1]. Dan berarti juga ghîdlah (belukar atau rimba) yang banyak pohonnya, tempatnya dekat Madyan, tapi mereka tidak ada hubungan nasab[2]. Dan juga mereka itu, orang pedalamannya kaum Madyan. Setelah Allâh menghancurkan Madyan, dan menyelamatkan Syu’aib beserta orang-orang yang beriman, Allâh mengutus Syu’aib ke ashâb al-Aikah dan Nabi Syu’aib di sana sebagai orang asing[3]. Madyan dan Aikah adalah dua kaum yang kepada mereka diutus Nabi yang sama, yaitu Syu’aib,
عَنِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلغم إِنَّ مَدْيَنَ وَ أَصْحَابَ الأَيْكَةِ أُمَّتَانِ بَعَثَ اللهُ إِلَيْهِمْ شُعَيْبًا.
Dari Ibnu ‘Amr, ia berkata, telah bersabda Rasulullah Saw, Sesungguhnya Madyan dan penghuni Aikah dua ummat yang Allâh mengutus kepada mereka Nabi Syu’aib[4].
Sifat Ashhab al-Aikah
Sifat ashâb al-Aikah tidak jauh berbeda dengan sifat orang Madyan,
- Membohongkan Nabi Syu’aib.
- Jika menjual mengurangi takaran dan timbangan.
- Jika membeli suka merugikan orang lain.
- Jika mengukur dan menghitung suka curang dengan mengurangi.
- Merugikan hak-hak orang lain, seperti peribahasa yan mengatakan,
أَخْذُ بَيْضٍ كَبِيْرٍ وَإِعْطَاءُ بَيْضٍ صَغِيْرٍ وَإِعْطَاءُ رَغِيْفٍ صَغِيْرٍ وَأَخْذُ رَغِيْفٍ كَبِيْرٍ.
Mengambil telur yang besar dan memberikan telur yang kecil dan memberikan cidukan kecil lalu mengambil cidukan besar.
6.Suka membuat kerusakan di bumi, seperti membunuh, merampok, merampas dan mengganggu di jalanan[5].
Kehancuran Aikah
Nabi Syu’aib telah menasihati mereka, seperti pada al-Syuara 179-183,
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ {} وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ {} أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ {} وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ {} وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ {}
Maka bertaqwalah kepada Allâh dan taatlah kepadaku; (.:) dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam. (.:) Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; (.:) dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. (.:) Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan[6].
Mereka tidak mengindahkan nasihat Syu’aib As malah menganggap-nya ia telah disihir, ia orang pendusta yang mengaku Nabi. Selanjutnya mereka minta padanya, jika benar-benar apa yang dikatakannya, coba jatuhkan kepada kami gumpalan dari langit,
فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِّنَ السَّمَاء إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ.
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar[7].
Atas ketidak jujuran dalam ekonomi yang suka mengurangi dan merugikan orang lain dan juga sifat mereka yang keji lainnya, Allâh Swt mengadzab mereka, firmannya,
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ.
Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar[8].
Menurut al-Hasan,
سَلَطَ اللهُ الْحَرَّ عَلَى قَوْمِ شُعَيْبَ سَبْعَةُ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ حَتىَّ كَانُوْا لاَيَنْتَفِعُوْنَ بِظِلِّ بَيْتٍ وَلاَ بِبُرْدِ مَاءٍ, ثُمَّ رُفِعَتْ لَهُمْ سِحَابَةٌ فيِ الْبَرِيَّةِ فَوَجَدُوْا تَخْتَهَا الرُّوْحَ, فَجَعَلُوْا يَدْعُوْا بَعْضَهُمْ بَعْضًا حَتىَّ إِذَا اجْتَمَعُوْا تَحْتَهَا أَشْعُلُهَا اللهُ عَلَيْهِمْ نَارًا.
Allâh mendatangkan panas pada kaum Syu’aib (Aikah) tujuh hari tujuh malam sehingga tidak merasakan teduhnya rumah dan dinginnya air karena udaranya panas. Lalu diangkat awan di daratan mereka, lalu mereka mendapatkan kesejukan di bawahnya, lalu mulai satu sama lain memanggil yang lainnya. Di saat mereka telah berkumpul di bawah awan Allâh menghujankan api pada mereka[9].
Al-Shawi menjelaskan, Allâh Swt mengadzab mereka dengan kekeringan selama tiga hari tiga malam yang membuat mereka tersiksa kepayahan, lalu Allâh mendatangkan awan bagaikan tempat berteduh, lalu mereka berlindung padanya, maka Allâh Swt mendatangkan api dan mereka pun terbakar semuanya[10]. Ashhâb al-Aikah diadzab yaitu pertama dengan kekeringan, kedua panas yang sangat dan ketiga dengan hujan api.
’Ibrah bagi Ummat
Dari kisah di atas kita dapat mengambil beberapa pelajaran, diantaranya,
1.Ketidak jujuran dalam ekonomi akan membawa kehancuran.
2.Kecurangan dalam jual beli, akan melahirkan kemiskinan bagi masyarakat banyak.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلعم… وَلاَطَفِفُوْا الْكَيْلَ إِلاَّ مَنِعُوْا النَّبَاتُ وَأُخِذُوْا بِالسِّنِيْنَ.
Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasullah Saw bersabda… Dan tidaklah mereka mengurangi takaran kecuali ditahan tumbuh-tumbuhan bagi mereka dan ditimpa kemiskinan[11].
3.Penipuan dalam kasab usaha akan menanggung penderitaan adzab hari akhirat. Al-Maraghi mencatat satu riwayat, dulu di Madinah ada seorang yang bernama Abu Juhainah, dia tukang jual beli, punya dua timbangan yang satu timbangan besar dan yang satu lagi timbangan kecil. Jika ia akan membeli barang dari para petani dan tukang kebun ia menggunakan timbangan yang besar dan jika ia menjual barang kepada pembeli ia gunakan timbangan kecil[12]. Atas pekerjaan itu Allâh berfirman,
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ {} الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُواْ عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ {} وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ {}
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (.:)(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, (.:) dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi[13].
Nabi Muhammad telah memperingatkan,
رُبَّ مُتَخَوِّضٍ فِيْمَا اشْتَهَتْ نَفْسُهُ لَيْسَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ النَّارَ.
Betapa banyak orang berusaha memperoleh yang diinginkan dengan tidak memperdulikan jalan-jalan yang dibenarkan. Maka di hari kiamat hanyalah neraka yang diterimanya[14].
Rasulullah Saw memerintahkan,
أَلاَ إِنَّ اللهَ قَدْ قَسَمَ لَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ فَاجْمَلُوْا فيِ الطَّلَبِ, خُذُوْا الْحَلاَلَ وَاتْرُكُوْا الْحَرَامَ.
Ingatlah, Sesungguhnya Allâh telah membagi rizki buat kamu. Maka baiklah (baguslah) dalam mencari (rizki) Ambilah yang halal dan tinggalkan yang haram[15].
رحم الله امراً اكتسب طيّبا وأنفق قصدا وقدّم فضلا ليوم فقره وحاجته.
Mudah-mudahan Allâh tetap akan merahmati orang yang kasab dengan baik, membelanjakan hartanya dengan hemat dan menyimpan kelebihan harta untuk hari tua dan hajatnya[16].
Nabi pernah ditanya tentang kasab yang paling baik,
عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ ص قِيْلَ: أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: عَمَلُ الرَّجُلُ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ.
Dari Rifah bin Rafi' ra, bahwasanya Nabi saw pernah ditanya; usaha yang bagaimana yang paling baik? Beliau menjawab, usaha seseorang yang dihasilkan dengan tangannya sendiri dan setiap jual-beli yang baik[17].
______________________
[1] Al-Thabari, Op. Cit. XI:107.
[2] Al-Maraghi, Op. Cit. VII:99.
[3] Al-Najari, Op. Cit. h. 146.
[4] Al-Maraghi, Op. Cit. V:40.
[5] Ibid, VII:99-100. Al-Thabari, Op. Cit. XI:107-108.
[6] Qs. Al-Syuara [26]:183.
[7] Ibid, 26:187.
[8] Ibid, 26:189.
[9] Al-Suyuthi, Op. Cit. VI:320.
[10] Shawi, Op. Cit. II:373.
[11] Al-Suyuthi, Op. Cit. VIII:442.
[12] Al-Maraghi, Op. Cit. X:72.
[13] Qs. Al-Muthaffifin [83]:1-3.
[14] HR. Al-Thabraniy.
[15] HR. Abu Ya'la.
[16] HR. Al-Bukhari.
[17] HR. Al-Hakim.
BACA JUGA: Jamiyyah Yes, Keluarga Oke