Penyimpangan Akidah Islam

oleh Redaksi

04 Januari 2025 | 16:50

Gambar ilustrasi

4.Al-Tahrîf


  1. Arti al-Tahrîf


Al-Tahrîf secara bahasa berasal dari kata al-Harfu artinya al-Tharfu (tepi), kata itu dijumpai dalam Alquran al-Haaj : 11,


وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ.

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Qs. Al-Hajj [22]:11)


Maksudnya, orang yang mengambil hanya dari satu sisi agama saja. Dalam arti syara, tahrîf adalah mengganti atau merubah makna nash-nash Alquran dan al-Sunnah dengan makna lain yang tidak dimaksud oleh nash-nash tersebut.


2.Macam-macam Tahrîf


  1. Tahrîf lafziy yaitu, penyimpangan lafaz, dengan cara mengganti satu lafaz dengan lafaz yang lain. Seperti Bani Israil mengganti lafaz hiththatun (pengampunan dosa), dengan kata hinthatun (gandum) di dalam Alquran.
  2. Tahrîf ma'nawiy yaitu, penyimpangan makna dengan cara mengganti makna yang benar dengan makna yang lain. Seperti mengganti makna istawâ (bersemayam), dengan istaulâ (berkuasa), Thaha: 5,


الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas 'Arsy. (Qs. Thaha [20]:5)


3.Bentuk-bentuk Tahrîf


  1. Tahrîf al-Ayat al-Syar'iyyah yaitu, penyimpangan terhadap makna ayat syar'iyyah, seperti pada contoh di atas.
  2. Tahrîf al-Ayat al-Kauniyyah yaitu, penyimpangan terhadap makna ayat kauniyah seperti, thairân abâbiil (al-Fiil 3) dimaknai dengan jarâîm al-Thâ'ûn (virus kusta), al-Malâikat dengan al-Quwâ al-Rûhiyyat (kekuatan spiritual), al-Syaithan dimaknai al-Quwâ al-Syarîrat (kekuatan jahat) yang ada pada diri manusia.


Jika diperhatikan terdapat kemiripan antara ta'thîl dengan tahrîf, namun hakikatnya berbeda yaitu, (a) ta'thîl meniadakan makna yang benar, sedang tahrîf menafsirkan dengan makna yang bathil, (b) ta'thîl lebih luas dan umum dari tahrîf, setiap tahrîf adalah ta'thîl, (c) Kedua istilah ini digunakan untuk meniadakan makna yang benar atau manafsirkan dengan makna bathil dari nash. (al-Buraikan, 35)


5.Al-Takyîf


Secara bahasa kata takyîf dari kata كيّفَ artinya menggambarkan kaifiyah, Kaifiyah adalah hakikat bentuk. Maka dalam arti syara, takyif adalah menggambarkan hakikat bentuk dari makna-makna tertentu yang hanya diketahui Allah swt. Misalnya menggambarkan hakikat zat Allah atau hakikat sifat-sifatnya.


1.Al-Ta`wîl


a.Arti ta'wil       


Al-Raghib ( 2004: 38) menyebutkan, kata التأويل dari kata الأوْلُ artinya 'kembali kepada asal'. kata المَوْئِلُ artinya, tempat kembalinya seseorang. Maka maksud dari ta'wil itu هو رَدُّ الشيْئِ الى الغايةِ المراَدَةِ منه عِلْمًا كَانَ اَوْ فَعْلاًyaitu mengembalikan sesuatu kepada tujuan yang dimaksud baik berupa ilmu atau pekerjaan. Yang berupa ilmu seperti pada Ali Imran: 7  وَ ما يعلم تأويله إلا الله و الراسخون في العلم Dan dalam arti 'pekerjaan / kejadian pada al-'Araf: 53   هل ينظُرون إلاّ تأويلَهُ / mereka tidak menunggu kecuali terlaksananya kebenaran Alquran itu. Zuhair al-tsawisy (1392 H:232) menyebutkan arti ta'wil menurut Ishtilah Mutaakhirin, صرف اللفظ عن ظَاهره / memalingkan arti lafaz dari arti zhahir.


Dalam syara, kata ta'wil digunakan dalam arti :


1.Tafsîr al-kalâm

Tafsir al-kalam yaitu menafsirkan ucapan dan menjelaskan artinya. Maksudnya, menafsirkan makna yang dimaksud oleh pembicara, baik sesuai dengan zhahirnya maupun bertentangan. Pengertian ini yang digunakan oleh para ahli tafsir. Misalnya, Yusud:44,


و ما نحنُ بتاْويلِ الأحْلامِ بعَالمين


dan kami tidak dapat menafsirkan mimpi itu.


2.Haqîqah al-kalâm al-Khârijiyyah

Haqîqah al-kalâm al-Khârijiyyah, yaitu hakikat luar dari ucapan. Maksudnya, adanya maksud dari pembicara untuk membenarkan kenyataan. Contohnya:

-هل ينظرون إلاّ تأويلَه يومَ يأتِي  تأويلُه. الأعراف: 53

- قول عائشة عن رسول الله ص يَتأَوّلُ القرآنَ ( محمد البريكان: 36)

Maksud dari sabda nabi yang disampaikan 'Aisyah tersebut, bahwa Rasulullah saw menta'wil Alquran, yaitu menjadikan Alquran yang dapat dilihat/ bebenarannya


b.Bentuk-bentuk ta'wil


Dilihat dari bentuknya, ta'wil itu ada beberapa macam:

  1. Ta'wil shahih, ta'wil yang benar

Ta'wil shahih, ta'wil yang benar yaitu yang dibenarkan oleh dalil Alquran dan al-sunnah, misalnya kata معكم pada al-Hadid:4 di ta'wil dengan makna ' Allah meliputi hambanya dengan ilmu-Nya' و هو معكم أين ما كنتم (Al-Buraikan:36 -Al-Tsawisy:235)


2.Ta'wil Fasid, ta'wil yang rusak

Ta'wil Fasid, ta'wil yang rusak yaitu yang tidak didukung oleh dalil yang benar, misalnya menta'wil kata مبسوطتان pada al-Maidah : 64, yang artinya ' terbuka' dengan kata القُوَّةُ / kuat, بل يداه مبسوطتان / tetapi kedua tangan Allah terbuka. (Al-Buraikan:37)


3. Ta'wil al-la'bi , ta'wil mainan

Ta'wil al-la'bi , ta'wil mainan yaitu yang tidak didukung oleh dalil dan tidak mungkin nash itu dita'wil demikian, misalnya kata كَلّمَ pada al-Nisa: 164 dita'wil dengan kata جَرَحَ : melukai, وِ كلّمَ اللهُ موسى تكليماً , dan kata خَاتَمَ النبيّين pada al-Ahzab: 40 dita'wil dengan kata حَلِيَّةٌ / perhiasan para nabi. ( Al-Buraikan:37)


4.Ta'wil adillah al-ra'yi wa al-'ulwi

Ta'wil adillah al-ra'yi wa al-'ulwi, ta'wil dengan dalil fikiran dan melewati batas. dan ini termasuk kepada ta'wil yang fasid. Misalnya, ayat و كلَّمَ اللهُ مُوسى تكليماً al-Nisa: 164 dita'wil dengan       لمْ يكلّمْ موسي تكليما Dan ayat و اتَّخذَ اللهُ إبراهيمَ خليلاً pada al-Nisa: 125 dengan kalimat و لَمْ يتَّخِذْ إبراهيمَ خليلاً ( Al-Tsawiys : 232)


Zuhair al-Tsawisy ( 1392 H: 232) menjelaskan, Ta'wil dengan atau dalam Alquran dan Sunnah Rasul, itulah ta'wil yang hakiki yang menjelaskan suatu perkataan. Misalnya ta'wil Alquran, tentang kisah Khidir yang mebocorkan perahu, yang membuat Nabi Musa as. kaget, pada al-Kahfi: 71 dita'wil dengan ayat al-Kahfi: 79. Nabi Khidir membunuh anak al-Kahfi : 74, dita'wil dengan ayat al-kahfi: 80. Nabi Khidir membetulkan dinding / tiang rumah, dita'wil ayat al-Kahfi: 82. Dan untuk ini Allah swt berfirman al-Kahfi : 82,


 ذلك تأويلُ ما لمْ تسطِعْ عليه صبراً


Dan ta'wil dengan sunnah Rasul, seperti perkataan 'Aisyah yang menyebutkan, bahwa Rasulullah saw membaca dalam ruku waktu shalat, yaitu ( ta'wil) bacaan berikut:


سبحانك اللهم ربنا و بحمدك اللهم اغفرلي   

BACA JUGA: Keluarga Pondasi Utama Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045
Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon