Oleh: Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum
Dalam hal Pendidikan, pemerintah telah merumuskan Peta Jalan Pendidikan 2025-2045 yang akan dijadikan acuan untuk pengelolaan Pendidikan di Indonseia paling tidak untk dua puluh tahun yang akan dating. Tujuannya adalah mencita-citakan terwujudnya Indonesia Emas tahun 2045 sebagai penanda telah dilaluinya Kemerdekaan Indonesia selama 1 Abad. Cita-cita ini tentu saja hanya akan menjadi angan-angan kosong jika kita tidak memulai langkah strategis untuk mewujudkannya.
Menuju tahun 2045 masih berjarak sekira 20 tahun lagi dari sekarang. Hampir satu generasi. Mereka yang nanti akan mengisi tahun-tahun itu bukan generasi kita sekarang ini yang berusia di atas 40-an ke atas, melainkan generasi usia 30-an dan 20-an ke bawah. Ini adalah usia persiapan menuju kematangan dan kedewasaan yang harus ditempa dengan pendidikan. Oleh sebab itu, membincangkan persoalan pendidikan saat ini adalah ruang yang paling strategis untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 nanti.
Diperkirakan tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara dengan tingkat kemajuan ekonomi 5 besar dunia. Itu menandakan ada sinyal positif bahwa secara umum Indonesia memang bergerak menuju kepada situasi yang lebih baik satu generasi yang akan datang. Hanya saja yang menjadi pertanyaan: siapa yang menjadi aktor utama kemajuan Indonesia pada masa itu? Orang Indonesiakah atau orang-orang asing yang berdatangan ke negeri ini sebagai pemain utama ekonomi dan peradaban Indonesia, sementara orang Indonesia sendiri hanya menjadi “babu” di negerinya sendiri? Probabilitas orang asing yang menjadi aktor dan orang Indonesianya malah jadi “babu” sangat mungkin terjadi di tengah globalisasi yang semakin tidak terbendung. Antar-kawasan dan antar-benua di dunia sudah bukan lagi tempat yang jauh untuk diakses. Semuanya sudah semakin serba-dekat dan serba-cepat. Oleh sebab itu, sangat mungkin orang-orang asing akan membanjiri Indonesia di masa-masa yang akan datang untuk menjadi aktor utama di negeri ini. Saat inipun kita sudah mulai menyaksikan fenomena ini dalam skala yang tidak bisa dikatakan kecil.
Situasi “babu di rumah sendiri” ini tentu bukan harapan kita bersama. Kita harus mempersiapkan dan mengarahkan agar anak-anak bangsa kita di masa mendatang, pada saat negeri ini menjadi negeri berpengaruh di dunia, menjadi tuan rumah dan aktor utamanya. Persiapan ini tanggung jawab utamanya ada ada pendidikan yang akan kita diskusikan saat ini. Pendidikan bertanggungjawab mempersiapkan akan menjadi apa generasi muda kita sekarang ini pada masa yang akan datang; masa Indonesia Emas 2045.
Walaupun indikator Indonesia Emas 2045 adalah kemajuan ekonomi, namun persoalan pendidikan untuk sampai ke sana bukan hanya mengajarkan keterampilan pada bidang-bidang yang menghasilkan rente ekonomi yang disebut STEM (Sciences, Technology, Engineering, and Matehematics). STEM memang harus dikejar dan dikuasai, namun STEM perlu landasan yang kokoh, yaitu moralitas dan akhlakul karimah. Dalam kenyataan yang sangat sering kita saksikan, keterampilan yang dimiliki seseorang menjadi tidak memiliki arti apa-apa bagi kehidupan, bahkan cenderung merusak, ketika tidak memiliki moralitas dan akhlak yang baik. Misalnya ada seseorang yang ahli dalam bidang tehnik kimia-farmasi. Bidang ini dapat menghasilkan rente ekonomi menghasilkan berbagai produk yang diperlukan manusia seperti obat-obatan yang dapat melawan berbagai penyakit. Ketika pemilik keahlian ini tidak dididik dengan moralitas yang baik, maka bisa saja keahliannya digunakan untuk memproduksi obat-obatan berjenis narkotika lalu menjualnya secara bebas. Bisnis ini lebih menguntungkan dibandingkan menjual obat biasa. Bila orientasinya hanya menghasilkan “uang”, tanpa memiliki komitmen moral, maka keahlian bernilai ekonomis itu malah menjadi merusak dan berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia. Masih banyak contoh lain semisal itu.
BACA JUGA: Iman Pangkal Kekuasaan