Pimpinanan Wilayah Persis Jawa Barat beserta bagian otonomnya Persistri, Pemuda, Pemudi, HIMA dan HIMI) melakukan Aksi Peduli Tolikara pada Ahad, 26 Juli 2015. Aksi dimulai pukul 08.00 dengan pembukaan orasi oleh Ust. Uus M Ruhiyat dan Ust. Tiar Anwar Bahtiar. Kemudian melakukan longmarch dari viaduct kantor PimpinanPusat Persatuan Islam menuju gedung DPRD Provinsi Jawa Barat berlanjut ke kantor Gubernur Jawa Barat dan berakhir kembali di viaduct. Orasi dilanjutkan di depan kantor Gubernur Jawa Barat yang dipimpin oleh Tatan Ahmad Santana selaku komandan lapangan dan Ust. Dian sebagai perwakilan Pemuda Persis Jawa Barat dan Ust Ucu Najmudi.
Isu yang diangkat dalam aksi tersebut terkait tragedy 1 Syawal 1436 H yang terjadi di Tolikara Papua. Atas kejadian itu kami atas nama Keluarga Besar Persatuan Jawa Barat memberikan pernyataan sikap bahwa mengutuk tindakan Gereja Injil di Indonesia daerah Tolikara Papua yang telah secara syah dan meyakinkan telah mengeluarkan surat edaran yang berisi larangan bagi komunitas ummat Islam untuk melaksanakan berbagai tuntunan syari’atnya, seperti pelarangan Shalat Idul Fitri di wilayah Tolikara dan pelarangan penggunaan jilbab bagi komunitas muslimah Tolikara Papua. Mengutuk pembubaran Shalat Idul Fitri yang diikuti dengan perusakan serta pembakaran kios berikut mesjid di Tolikara oleh sejumlah orang yang diyakini terprovokasi oleh surat edaran GIDI daerah Tolikara Papua. Mengutuk tindakan-tindakan GIDI daerah Tolikara yang telah secara nyata terang benderang merusak tenun kebangsaan Indonesia yang telah sekian tahun dianyam dan dibina secara apik oleh seluruh komponen bangsa, termasuk ditenun oleh salah satu tokoh Persis Buya Muhammad Natsir dengan Mosi Integralnya. Mendukung seluruh upaya penegak hokum yang dilakukan oleh aparat hokum dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia dalam mengusut dan menyeret seluruh pelaku dan actor intelektual di balik kejadian tragedy Tolikara 1 Syawal 1436 H di Tolikara. Menolak seluruh upaya propvokatif untuk menghadap-hadapkan Ummat Islam dengan penduduk asli bumi Tolikara. Tolikara dan Papua adalah lahan dakwah bagi ummat Islam yang harus terus didekati dengan pendekatan terbaik agar Islam suatu saat Berjaya di bumi Tolikara Papua. Meminta kepada seluruh pimpinan Negara agar menjaga sikap untuk tidak sembarangan mengeluarkan pernyataan di ruar public. Pernyataan Wapres Jusuf Kalla tentang speaker yang kemudian dibantah oleh Ka BIN Sutyoso adalah bentuk nyata dari ketidakmampuan pemimpin negeri dalam memberikan respons terukur dalam menghadapi Tragedi Tolikara. mwujudkan Papua yang damai dan berkemajuan. Mendorong segenap kekuatan Mendesak Pemerintah untuk mengkaji ulang proyek DERADIKALISASI yang selama ini hanya dan selalu ditunjukkan bagi komunitas muslim di Tanah Air. Kejadian di Tolikara membuktikan dengan nyata bahwa potensi kekerasan bias muncul di mana saja. Medesak media massa untuk bersikap objektif, proporsional
dan professional dalam proses pemberitaan terkait Tragedi Tolikara. Mendukung seluruh upaya yang dilakukan oleh segenap komponen anak bangsa di Papua untuk mwujudkan Papua yang damai dan berkemajuan. Mendorong segenap kekuatan Ummat Islam untuk memberikan bantuan terbaik guna pembangunan ulang infrastruktur yang akan bermuara pada pengembangan dakwah di bumi Tolikara Papua, dari mulai pembangunan Mesjid baru yang lebih representative hingga pembangunan sekolah/madrasah serta pengiriman asatidz yang terbaik dan terlatih guna berkembangnya Syiar Islam di Bumi Papua.