Al-Fikrah as-Sunnīyah: Cara Berpikir Orang Beriman
Inilah inti materi:
Al-fikrah as-sunnīyah adalah metode berpikir yang bersumber dari:
Al-Qur’an
Sunnah Nabi Muhammad Saw (ucapan dan perbuatan)
Pemahaman para sahabat
Metode ini bukan ciptaan manusia atau filsuf, tetapi pencahayaan wahyu. Artinya seorang Pemuda PERSIS harus membangun semua penalaran berdasarkan akidah yang ia yakini.
Berpikir dalam Bingkai Shirathul Mustaqim
Dalam Surah Al-Fatihah, Allah memerintahkan kita mengikuti jalan orang-orang yang diberi nikmat, yaitu metode berpikir para nabi, shiddiqin, syuhada, dan salihin.
Maka konsekuensinya:
1. Berpikir seperti para salaf, bukan seperti kaum dimurkai (Yahudi) atau kaum sesat (Nasrani).
2. Mengikuti nalar wahyu, bukan nalar sekularisme, relativisme, rasionalisme ekstrem, atau tradisi lokal tanpa dalil.
3. Menimbang masalah jam’iyyah berdasarkan dalil, bukan hawa nafsu atau tradisi.
Prinsip-Prinsip Berpikir Sunnah untuk Kader Pemuda PERSIS
Berdasarkan materi tersebut, berikut adalah prinsip praktis yang harus dipegang oleh kader Pemuda PERSIS:
(1) Menjadikan iman sebagai fondasi berpikir. Bukan emosi, adat, atau opini populer,
(2) Setiap keputusan harus mengacu pada tiga standar: Al-Qur’an, Sunnah, Pemahaman sahabat,
(3) Menghindari cara berpikir yang menyimpang, ikut-ikutan, taklid buta, fanatisme kelompok, “pokoknya ikut senior”, pragmatis tanpa dalil, liberal tanpa batas,
atau keras tanpa hikmah.
(4) Menimbang dengan mīzān syar’i. Setiap keputusan jam’iyyah harus melewati: timbangannya dalil,, timbangannya maslahat syar’i, timbangannya hikmah, bukan sekadar efektivitas duniawi.
(5) Mengutamakan akhlak sahabat dalam debat dan perbedaan. Berpikir sunnah berarti: tidak gampang marah, tidak segera menuduh, tidak membenci sesama kader, tidak saling menjatuhkan.
(6) Membedakan antara fikrah ṭabī‘iyyah dan fikrah nafsiyyah. Ilmu dunia boleh netral,
tetapi ketika menyentuh agama, moral, dan jam’iyyah → harus kembali ke sunnah.
(7) Mengikuti jalan berpikir para nabi. Yaitu berpikir berdasarkan: amanah, hikmah, dalil,
kesabaran, dan niat lurus.
Penutup: Membentuk DNA Pemikiran Pemuda PERSIS
Al-fikrah as-sunnīyah bukan teori abstrak — ia adalah DNA pemikiran. Inilah yang membedakan kader Pemuda PERSIS dari kader organisasi lain.
Pemuda PERSIS bukan sekadar pemuda rajin ngaji, bukan sekadar pemuda aktivis. Ia pemuda yang menghidupi gerakan dengan cara berpikir yang benar, lurus, proporsional, dan terjaga dari penyimpangan.
Jika kader-kader Pemuda PERSIS memegang teguh prinsip berpikir sunnah, maka: keputusannya akan lurus, gerakannya bersih, ucapannya berbobot, dakwahnya menenteramkan, dan jam’iyyah akan tetap istiqamah di jalan yang benar.
Inilah pedoman berpikir yang akan menjaga PERSIS tetap PERSIS — jernih, bersanad, dan berpegang pada sunnah.
[]
BACA JUGA: 75% Pimpinan Wilayah Puas terhadap Kinerja Pimpinan Pusat Pemuda PERSIS