Bandung, Februari 2016, Pimpinan Pusat Persatuan Islam kembali mengirimkan du`atnya. Peserta kafilah duát Persatuan Islam dikirim ke luar Jawa dan daerah terpencil atau pelosok. Sebanyak 10 dai dikirim ke berbagai wilayah untuk berdakwah dengan diberi mandat SK secara langsung dari PP. Sampai periode kelima ini, peserta kafilah du`at masih mengandalkan mahasiswa lulusan STAIPI Garut.
Sebelum diberangkatkan, semua da’i mendapat terlebih dahulu pembekalan dari para tokoh dan bidgar PP Persatuan Islam dan PP Pemuda Persatuan Islam sebagai persiapan untuk agenda dakwah.
Alhamdulillah dengan izin Allah Swt. program ini masih terus berjalan bahkan semakin mendapat perhatian serius dari Pimpinan Pusat. Selanjutnya, ditargetkan juga program ini akan dikembangkan dengan menyertakan lembaga pendidikan tingkat perguruan tinggi lainnya selain STAIPI Garut sebagai pelopornya, seperti STAIPI Bandung, Ma’had Imarat, Ma’had Útsman Ibn Áffan, dan yang lainnya untuk menambah SDM dai yang dibutuhkan oleh umat khususnya yang berada di daerah luar Jawa.
Salah satu wilayah yang didatangi Kafilah Duát Persis ini ialah Gorontalo. Gorontalo merupakan provinsi baru yang dimekarkan dari Provinsi Sulawesi Utara sebelumnya dengan Ibukota Manado. Pada tanggal
22 Desember tahun
2000, Gorontalo resmi menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia dengan Ibukota Provinsinya adalah
Kota Gorontalo yang terkenal dengan julukan "
Kota Serambi Madinah".
Gorontalo merupakan wilayah dengan mayoritas beragama Islam, dan penyebaran Islam sendiri menurut sejarahnya dilakukan oleh Sultan Amai, yang namanya kemudian diabadikan oleh salah satu Perguruan Tinggi di sana, yaitu IAIN Sultan Amai Gorontalo. Jumlah penduduk Gorontalo lebih dari satu juta jiwa, dan keadaan iklim di Gorontalo, karena berada di dekat khatulistiwa, maka daerah ini memiliki suhu udara yang panas, dengan suhu minimum 22 derajat celcius pada bulan september dan suhu maksimum 33 derajat celcius pada bulan Oktober. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Gorontalo, dan juga bahasa nasional tentunya.
Di Gorontalo, kami dari kafilah duát Persatuan Islam di sambut dengan hangat oleh ketua PW Persis Gorontalo, Ustadz Ramli Djafar selain sambutan yang hangat dan ramah dari ketua PW, beliau pun berpesan untuk pertama kalinya setelah kami tiba di Gorontalo, bahwasannya sebelum melakukan aktivitas dakwah di Gorontalo, harus terlebih dahulu menyesuaikan atau beradaptasi dengan 3 hal, pertama, udara/hawanya yang panas (mungkin karena dekat dengan laut). Kedua, makanannya yang pedas-pedas, dan ketiga tradisinya yaitu orang-orangnya tegas dan apa-adanya.
Terdapat tiga Mesjid yang digunakan oleh Jamaáh Persis, khususnya di kota Gorontalo sebagai lokasi yang ditempati oleh daí Persis dari STAIPI Garut, yaitu Masjid al-Furqan, Masjid Qarnul-Manazil, dan Masjid Ibnu al-Qayyim.
Ada nasihat menarik dari ketua PW Persis Gorontalo, yaitu Ustadz Ramli, mengenai masjid ini. Menurut beliau, penamaan Masjid itu harusnya memiliki kekhasannya tersendiri, sehingga dapat diingat dan mudah dikenali dari yang lainnya. Sebagai salah satu contohnya ialah Masjid Qarnul-Manazil. Beliau juga menyinggung bahwasannya dulunya Masjid al-Furqan hendak diberi nama unik, namun para tokoh yang lain telah menamainya lebih dulu dengan al-Furqan, sebuah nama yang begitu akrab bagi orang Persis. Karena saking banyaknya nama al-Furqan digunakan sebagai simbolisasi Jamíyyah Persis. Beliau pun menggagas kepada kami, kenapa tidak Masjid Ahmad Hasan saja, contohnya. Namun, apa boleh buat palu sudah diketuk, nama Masjid sudah terlanjur dikenal dengan nama al-Furqan.
Adapun untuk madrasah atau lembaga pendidikan yang akan dibantu pengelolaannya oleh duát Persatuan Islam, ada dua,yaitu: Madrasah Ibtidaíyyah Takmiliyyah Ma’rifah dan Madrasah Diniyyah al-Irsyad al-Islamiyyah keduanya berlokasi di Kota Gorontalo.
Ustadz Ramli juga menyinggung bahwasannya Persatuan Islam memiliki kelebihan dan kekhasan tersendiri, khususnya bagi masyarakat Gorontalo. Yaitu dakwahnya lewat tulisan, banyak yang tertarik dan terpikat oleh dakwah Persis dari buku dan majalah yang diterbitkan oleh Persis. Bahkan beliau menyebutkan bahwa, sudah menjadi realita bahwasannya banyak orang dari kalangan salah satu ormas (Muhammadiyyah) di Gorontalo memiliki koleksi tulisan-tulisan Persis, minimal tanya-Jawab A. Hasan.
Beliau juga menyampaikan kepada kami duát Persatuan Islam, bahwa kita harus mencontoh beberapa sisi positif dari kelompok atau ormas lain, seperti Hidayatullah dan Jamaáh Tabligh. Dalam hal ini semangat dan rekrutmen mereka yang terbilang berada di atas Persis. Dua hal ini yang sekarang kurang nampak dari Persis.
Kami pun dapat mencerna pernyataan dari beliau tersebut. Lantaran dahulu kala, dalam dua hal ini Persatuan Islam begitu mantap mungkin juga bisa disebut mapan, sampai-sampai Persis disegani dan mendapat simpati dari kelompok, ormas, dan tokoh-tokoh besar di luar Persis. Meski ada juga yang antipati karena satu sisi dalam hal dakwahnya yang ‘keras’. Namun, secara Jam’íyyah Persis dahulu benar-benar memerankan sisi ideal yang kini sudah memudar. Dan hal ini, tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Untuk aktivitas kafilah du’at, pada kegiatan siang hari, kami mengajar di dua madrasah, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Takmiliyyah Ma’rifah dan Madrasah al-Irsyad al-Islamiyyah. Untuk di Madrasah al-Irsyad ini, terbagi kepada tingkat Raudlatul Athfal/TK, SD. Sedang di sore harinya terdapat juga Madrasah Diniyah.
Untuk kegiatan lain seperti pengajian/kajian pemuda-pemudi, saat ini masih dalam agenda perencanaan karena, masih membutuhkan konsep dan sosialisasinya, serta menunggu tuntasnya beberapa agenda lain.
Ada hal menarik lainnya, karena dalam hal ini Ustadz Ramli mengelola madrasah yang ‘berlabel’ al-Irsyad dibelakangnya, padahal secara jam’iyyah beliau bisa dibilang sebagai seorang tokoh besar Persis di Gorontalo. Beliau mengurus dan membina madrasah ini kurang lebih 24 tahun lamanya. Meski untuk SD dan Madrasah diniyyah, masih terbilang baru diselenggarakan. Menurut beliau, pembangunan sekolah ini didanai sepenuhnya oleh salah seorang tokoh al-Irsyad keturunan Arab, dan sebagaimana lumrahnya, biasanya setelah bangunan rampung, pengurusan dan pembinaan diserahkan kepada pihak pribumi. Dan dalam konteks ini, Ustadz Ramli yang mengemban tanggung jawab tersebut. Sebagai salah satu tokoh pioner Persis di Gorontalo, beliau seolah menjadi
one man show dalam dakwah persis di Gorontalo ini, karena yang lain sedikit-demi sedikit (itu pun dalam jumlah yang sedikit) berguguran di jalan. Sempat beliau aktif di pemerintahan untuk berberapa lama, namun tidak menyurutkan
ghirah dakwahnya. Hal ini dapat terlihat dari masih eksisnya beliau bagi dakwah Persis di daerahnya, Gorontalo.
Apresiasi tentunya merupakan hal yang sudah semestinya bagi orang-orang seperti beliau. Karena tanpa orang-orang seperti beliau ini tentunya, eksistensi Persis yang berada di luar pusatnya, yaitu Jawa Barat, akan sulit untuk bertahan. Keberadaan Imam Asy-Syakir dan Anggi Gusela sebagai agen dakwah Persatuan Islam di Gorontalo, tentu diharapkan bisa membantu tugas dakwah jam`iyyah dan mampu mengembangkan jam`iyyah di kota Serambi Mekkah ini.
Muhammad Imam Asy-Syakir/gugum gunawan