Israil, Sifat Dan Kehancurannya Dalam Al-Qur’an (Bagian Dua)

oleh Redaksi

16 Januari 2025 | 14:50

Israil, Sifat Dan Kehancurannya Dalam Al-Qur’an

Oleh: Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag



F. Bani Israîl masuk Palestina


Setelah Fir’aun ditenggelamkan di laut merah lebih kurang 1300 SM, Israîl diperintah dan mendiami Palestina. Al-Isra: 104,



وَقُلْنَا مِن بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَاءِيلَ اسْكُنُوا اْلأَرْضَ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ اْلأَخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا.


Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israîl: Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu)”. (QS. Al-Isra [17]:104)


Dan setelah kematian Musa As yang memimpin Bani Israîl adalah Nabi Yusya bin Nun, (dia keturunan Yusuf As) Bani Israîl mulai memasuki al-Quds. Yang ditentukan Allâh, selama mereka beriman dan ta’at kepada Allâh. (Qishah an-Anbiya, 298)



يَاقَوْمِ ادْخُلُوا اْلأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ.


Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allâh bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”. (QS. Al-Maidah [5]:21)


G. Bani Israîl punya pemerintahan


Israîl masuk Palestina, yang memimpin mereka ialah Nabi Yusya bin Nun. Dia memimpin Israîl hingga akhir hayatnya. Dan dikala itu Israîl selalu berperang dengan bangsa yang berdekatan dengan mereka, yaitu; al-Amaliqah dari keturunan Arab, al-Madyaniyyin bangsa Arab, al-Falistiniyyin/bangsa Arab dan al-Aramiyyin. Yahudi kadang dapat mengalahkan dan kadang dikalahkan mereka. (Qashash al-Anbiya: 303). Pada masa Nabi mereka Syamueil, Bani Israîl mengingkari syari’at Allâh Swt, menyembah patung berhala, dan lemah agamanya. Hingga dikalahkan Palestina, dan banyak dari Israîl yang terbunuh. Melalui Nabi Syamueil meminta Kepada Allâh Swt seorang raja yang memimpin, mengendalikan kehidupan, mengurus dan juga dapat memimpin mereka dalam berperang. Maka Allâh mengutus bagi Israîl seorang raja yaitu Thâlût yang dia itu dipandang tidak pantas jadi raja menurutnya (al-Maraghi, 1:216), Firman Allâh, al-Baqarah: 246-247,



أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِن بَنِى إِسْرَاءِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَالَنَآ أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَآئِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ وَاللهُ عَلِيمُُ بِالظَّالِمِينَ {} وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمُُ.


Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemukan Bani Israîl sesudah Nabi Musa ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allâh. Nabi mereka menjawab: Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang. Mereka menjawab: Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allâh, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami . Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allâh Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. (.:) Nabi mereka mengatakan kepada mereka: Sesungguhnya Allâh telah mengangkat Thâlût menjadi rajamu. Mereka menjawab: Bagaimana Thâlût memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak Nabi (mereka) berkata: Sesungguhnya Allâh telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. Allâh memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allâh Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah [2]:247)


Pada masa Thâlûth, Bani Israîl dihadapkan kepada musuh yang besar, dan jumlah tentara yang banyak, yaitu kaum Palestina yang kufur, penyembah berhala dan berbuat kebathilan, pimpinan Jâlût, Israîl ketakutan, tapi Allâh mengalahkan Jâlût melalui tangan Daud As (menantu Thâlût) yang saat itu masih muda belum mampu bawa senjata. Dia bawa ketepel dan batu yang biasa digunakan untuk membunuh harimau dan srigala. Daud As melempar dengan ketepelnya pada Jâlût hingga mengenai kepalanya dan terjatuh. Pada saat itu Nabi mereka Syamueil dan raja mereka Thâlût, setelah keduanya meninggal, kenabian dan kerajaan Israîl oleh Daud As.



وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ {} فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَءَاتَاهُ اللهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَآءُ وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ وَلَكِنَّ اللهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ.


Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, merekapun berdo'a: Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir. (.:) Mereka (tentara Thâlût) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allâh dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allâh memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thâlût) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allâh tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allâh mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”. (QS. Al-Baqarah [2]:251. Al-Maraghi, I:223-235)


Pada masa Daud As Bani Israîl menjadi kuat dan puncak kejayaan mereka pada pemerintahan Nabi Sulaiman As sekitar 975 sM-935 sM. Ia meneruskan kerajaan ayahnya, yaitu Daud As,



وَوَهَبْنَا لِدَاوُدَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ {} إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِىِّ الصَّافِنَاتِ الْجِيَادِ {} فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ {} رُدُّوهَا عَلَىَّ فَطَفِقَ مَسْحًا بِالسُّوقِ وَاْلأَعْنَاقِ {} وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ {} قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لاَّيَنبَغِي لأَحَدٍ مِّن بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.


Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta'at(kepada Rabbnya). (.:) (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, (.:) maka ia berkata: Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Rabbku sampai kuda itu hidang dari pandangan. (.:) Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku. Lalu ia mengusap-ngusap kaki dan lehernya. (.:) Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh(yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. (.:) Ia berkata: Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi”. (QS. Shad [38]:30-35)


BACA JUGA:

Israil, Sifat Dan Kehancurannya Dalam Al-Qur’an (Bagian Satu)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon