Sudum: Kaum Yang Negerinya Dikubur Dalam Al-Quran (Bagian Akhir)

oleh Redaksi

15 Januari 2025 | 20:17

Sudum: Kaum Yang Negerinya Dikubur Dalam Al-Quran

E. Pertolongan Allah bagi Mu’min dan Adzab atas Sudum


Ibnu Katsir (II:451) mengkisahkan secara kronologis sebelum terjadinya adzab dan pertolongan Allah atas kaum Lûth As yang antara lain: Para Malaikat datang kepada Ibrâhîm dengan menyerupai laki-laki muda belia (Huud: 69) dengan mengucapkan kalimat Salâmân artinya menurut Al-Maraghi (IX:32) engkau telah selamat dari ujian dan kepedihan (Al-Dzâriat: 25). Malaikat itu datang untuk bertamu pada Ibrâhîm (Al-Hijr: 51). Tamu dalam bahasa Arab al-Dhaifu kata itu menurut Shawi (II:371) asalnya bermakna al-Mailu artinya condong, disebut demikian karena tamu itu condong pada yang ditamui dan tinggal di sana. Dan saat Malaikat bertamu pada Ibrâhîm, Ia berusia 112 tahun.


Malaikat menyampaikan khabar gembira akan lahirnya Ishaq dan akan membinasakan Kaum Lûth As. Selanjutnya Ibnu Katsir menyebutkan, Para Malaikat itu dijamu Ibrâhîm dengan ‘Ijlin haniidin. ‘Ijlin berarti sapi muda, haniidin berarti yang dipanggang di atas tungku batu. Dan dalam al-Dzariyat: 26 disebutkan dengan ‘Ijlin samiin yang berarti, anak sapi gemuk yang dibakar. Dan Sarah istri Ibrâhîm berdiri melayani mereka sedang Ibrâhîm duduk bersama Malaikat. Para Malaikat yang dijamu itu ternyata tidak memakan jamuannya, maka Ibrâhîm pun merasa aneh (Huud: 70-71) Malaikat yang datang itu 4 orang yaitu, Jibriil, Miikaaiil, Israafiil, Rafaaiil. Nabi Ibraheim merasa takut, kemudian Malaikat berkata; kami para Malaikat diutus ke kaum Lûth As untuk membinasakannya, Sarah yang saat itu mendengarkan, tersenyum gembira dengan akan binasanya kaum Lûth karena banyak membuat kerusakan, sangat kufur dan melewati batas (Huud: 76) Dan menurut Wahab bin Munbih menjelaskan, Sarah tertawa ketika diberi khabar gembira akan diberi anak bernama Ishaq (Huud: 71). Saat Malaikat memberi tahu akan membinasakan kaum Lûth As (al-‘Ankabut: 31) Ibrâhîm bertanya: Apakah akan membinasakan kampung yang di sana ada orang iman 300 orang? jawabanya: Tidak! Tanya Ibrâhîm: 200 orang? Tidak! 40 orang? Tidak! 30 orang? Tidak! sampai pada 5 orang iman? Tidak! Bagaimana jika di sana ada seorang mu’min? Tidak! Bagaimana jika di sana ada Lûth As yang menolak datangnya Adzab? Jawab Malaikat: Kami lebih tahu terhadap orang yang ada di sana (al-‘Ankabut: 32) Ibrâhîm bertanya demikian karena Ia seorang yang penyantun dan pengiba (Huud: 75) Ibrâhîm diperintah untuk menghindari soal-jawab karena telah datang perintah Allah (Huud: 76). Setelah para Malaikat dari Ibrâhîm lalu datang kepada Lûth As dengan menyerupai pemuda yang Ajmala Shuurah (cakap berparas bagus), mereka sampai pada kampung Lûth Nahri Sudum (Sungai Sudum) selama setengah hari dan bertemu dengan anak perempuan Lûth yang sedang mengambil air, Mereka bertanya,


يَاجَارِيَة هَلْ مِنْ مَنْزِلٍ؟


Wahai anak apakah bapak ada?


Lalu anak Lûth memberitahukan pada bapaknya, ada para pemuda di depan pintu kota yang belum pernah aku lihat wajahnya sebaik mereka Malaikat datang pada Lûth As tidak ada yang tahu seorang pun kecuali keluarganya. Saat Lûth berada di depan Malaikat, Ia merasa sempit hatinya dan takut kaumnya akan menyakiti mereka (Huud: 77) Lûth berdiri bolak-balik sambil berjalan karena kebingungan. Al-Maraghi (IX:32) menyebutkan Lûth bertanya,


مِنْ أَيِّ الأَقْوَامُ أَنْتُمْ؟ وَلِأَيِّ غَرْضُ جِئْتُمْ؟ وَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَمَسُّوْنِي بِمَكْرُوْهٍ.


Dari kaum mana kalian? dan apa tujuan kalian? Aku takut karena kalian menimpa padaku sesuatu yang dibenci”.


Malaikat menjawab: “kami datang membawa adzab yang mereka dustakan, datang padamu membawa kebenaran” (Al-Hijr: 63-64) Lalu Istri Lûth keluar dan memberitahukan kepada kaumnya adanya tamu yang datang pada Lûth As berparas cakap. Selanjutnya kaum Lûth datang pada Lûth As dengan gembira karena ingin melakukan Fahsya (Al-Hijr: 67).


Ibnu al-Jauzi (IV:140) mengutip dari Ibnu Abbas ketika kaum Lûth menginginkan para Malaikat, Lûth As menutup pintu rumahnya, Malaikat bersama Lûth berada di rumah Ia melihat kaumnya dari belakang pintu rumah. Dan kaum Lûth mendorong pintu serta melihat para Malaikat dengan memanjat dinding. Saat Malaikat melihat keadaan yang demikian, berkata kepada Lûth As, “Kami utusan Tuhanmu bukalah pintu, biarkan kami pada mereka”, Lûth As membukakan pintu, kaum Lûth pun masuk. Jibril meminta izin kepada Allah untuk mengadzab mereka, dan Allah mengizinkannya. Kemudian wajah mereka dipukul dengan sayap Jibril sehingga mereka menjadi buta (al-Qomar: 37) Lalu mereka pergi sambil berkata An-Najâa-An-Najâa (tolong-tolong selamatkanlah) sambil mereka berkata: “Sesungguhnya di rumah Lûth As ada ahli sihir yang sangat pandai di antara kaum di bumi”. Malaikat berkata; “Mereka akan dibinasakan pada waktu Shubuh” (Huud: 81)


BACA JUGA:

Sudum: Kaum Yang Negerinya Dikubur Dalam Al-Quran (Bagian Dua)

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon