Jakarta, persis.or.id – Penelitian dan penulisan hadis bukan sekadar kegiatan akademik, melainkan sebuah amanat sejarah dan tuntutan zaman yang kini harus diwariskan kepada generasi muda dengan memanfaatkan teknologi modern. Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Hisbah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), Ustaz Rahmat Najieb dalam pembukaan Konferensi Hadis Persatuan Islam di Jakarta, Jumat (7/11/2025).
Ustaz Rahmat Najieb mengulas sejarah penulisan hadis, mulai dari larangan Nabi Muhammad SAW untuk menulis selain Al-Qur'an demi memurnikan wahyu, hingga inisiatif Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada abad ke-2 Hijriah.
"Mengapa harus hadis yang dikonferensi? Karena hadis itu perlu dan wajib diteliti," tegas Ustaz Rahmat.
Ia menjelaskan bahwa pada zaman para Imam mujtahid seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal, informasi hadis masih terbatas sesuai kecepatan transportasi saat itu. Keterbatasan ini yang kemudian melahirkan perbedaan ijtihad dan mazhab.
Ustaz Rahmat kemudian mengutip Imam Asy-Syafi’i yang menulis dalam kitabnya: "Jika Anda menemukan di kitabku yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah, ambillah Sunnah Rasulullah, buanglah pendapatku."
"Ini merupakan tanggung jawab mereka dan ini juga menyatakan bahwa hadis belum terkumpul semuanya," ujar Ustaz Rahmat, menegaskan bahwa kesungguhan para imam dalam mencari kebenaran adalah landasan bagi ulama saat ini untuk terus meneliti.
Di hadapan para peserta, yang ia sapa sebagai "Anak-anakku sekalian" Ustaz Rahmat Najieb menyuarakan kekhawatiran dan sekaligus harapan besar terhadap ulama masa depan. Ia mengenang perjuangan ulama terdahulu di Dewan Hisbah, seperti Ustaz Muhammad Romli, yang mencari hadis secara manual dengan tumpukan kitab.
"Kami akan mewariskan metodologi, mewariskan kebiasaan untuk meneliti hadis," katanya.
Ia juga mengutip ucapan Imam Abu Sa'id Al-Khudri saat menyambut anak-anak muda yang antusias terhadap hadis: "Marhaban biwasiyyati Rasulillah," yang artinya "Selamat datang kepada pewaris wasiat Rasulullah."
Meskipun saat ini teknologi dapat mempermudah pencarian hadis, Ustaz Rahmat mengingatkan agar para peserta tidak meninggalkan kitab-kitab induk.
BACA JUGA:PERSIS Siap Gelar Konferensi Hadis Nasional Berbasis Teknologi di Jakarta: Dorong Lahirnya Ulama Digital