Terkaiat fenomena maksiat LGBT, disinggung oleh Imam Al-Ghazali, tipologi manusia menjadi beberapa tipe sebagaimana disebutkan;
رجل يدرى ويدرى أنه يدرى; رجل يدرى ويدرى أنه لا يدرى ; رجل لا يدى ويدرى أنه لا يدى; ورجل لا يدرى ولا يدرى لا يدرى
Rajulun yadri wayadri annahu yadri;
Rajulun yadri wala yadri annahu yadri;
Rajulun laa yadri wa yadri annahu laa yadri ;
Rajulun laa yadri walaa yadri annahu laa yadri.
1. Orang yang tahu dan tahu bahwa dirinya adalah orang tahu. (orang alim yang bersikap dan beramal sesuai ilmunya)
2. Orang yang tahu dan tidak tahu bahwa dirinya orang yang tahu. (orang alim tapi bertindak jahil)
3. Orang yang tidak tahu dan ia tahu bahwa dirinya memang tidak tahu.(orang jahil yang menyadari kebodohannya)
4. Orang tidak tahu dan ia tidak tahu bahwa dirinya memang tidak tahu (orang jahil yang merasa pinter).
Jika dikaitkan dengan sikap manusia terhadap LGBT, maka:
1. Ada orang yang tahu bahayanya penyakit jiwa LGBT dan ia berusaha menjauhkan dirinya dan keluarganya dari penyakit yang amat dimurkai Allah itu.
2. Ada orang yang tahu bahayanya tapi ia bersikap masa bodoh bahkan mungkin ia ikut mengkampanyekannya.
3. Ada orang yang tidak tahu tentang bahayanya dunia akhirat, maka ia mencari tahu kepada orang yang mengerti.
4. Ada orang yang bodoh tentang bahayanya tapi bersikap sok tahu, bahkan menuduh orang yang tahu sebagai orang bodoh, ia seperti yang terlanjur menikmati penyakit dan ingin menjadikan orang-orang sehat bisa menerima penyakit itu sebagai sesuatu yang normal.
Seperti yang digambarkan Al Quran,
"Jika dikatakan kpd mereka , 'janganlah berbuat kerusakan' mereka menjawab, 'justru kami adalah yg berbuat kebaikan'. Padahal mereka adalah para perusak tetapi mrk orang-orang yg tidak sadar.
Tipologi manusia yang manakah kita?
(/KH. Dr. Jeje Zaenudin).