Oleh: Dr. Dedeng Rasyidin, M.Ag
Al-Qur’ân banyak menampilkan sosok-sosok manusia
untuk dijadikan pelajaran dalam kehidupan,
baik sosok manusia yang baik dan shaleh seperti para Nabi,
ataupun model manusia yang tidak baik dan sombong,
seperti dalam hal ini adalah “FIR’AUN”.
A. Pengantar
Dilihat dari arti kata, menurut Luwes Ma’luf (1927:609) Fir’aun dari far’ana masdarnya far’anatan artinya; Takabur (congkak, sombong, angkuh) dan berarti juga Dza daĥâin wa nakrin (yang memiliki sifat tipu muslihat dan pengingkaran). Selanjutnya Luwes Ma’luf menyebutkan, Fir’aun, furunun atau fur’aun adalah laqab (gelar) bagi setiap raja Mesir. Dan Fir’aun artinya Kullu ‘âtin mutamarridin setiap yang sombong, bertindak sewenang-wenang. Bentuk jamak dari kata Fir’aun adalah Farâ’inatun artinya Fir’aun-Fir’aun. Sementara itu menurut al-Raghib (tt, 391), Fir’aun itu a’jamiy (bahasa ajam /bukan arab –asing-). Dan al-Suyuthi (III:509) mengutip dari Mujahid, Fir’aun itu dari Persia, dan dari Abi Talhah, Ia dari Kibthi, dari Ibnu Luhaiah, Fir’aun itu Abnâi Mishr (anak keturunan Mesir). Al-Maraghi (III:21) menyebutkan, Fir’aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir. Hal ini sebagaimana Qaishar gelar bagi raja-raja Romawi, dan Kisrâ gelar bagi raja-raja Persia.
Menurut Al-Maraghi Fir’aun pada zaman Nabi Musa As, Ia adalah Raja munfatâh, dan dijuluki Salîlullah (anak keturunan Tuhan), dan kata Ra’ artinya al-Syam (matahari). Shawi (II:113) menyebutkan, Fir’aun menyembah Matahari. Abdu al-Wahab al-Najari (tt, 202) menyebutkan munfatâh itu anak dari Raja Ramses ke II (1928 sM) ia tidak suka terhadap bani Israil yang bermukim di sana.
Sebelum Raja Ramses meninggal, Ia suka menyertakan munfatâh (anaknya), ikut dalam pemerintahan. Ramses mempunyai 151 anak, dan munfatâh itu anak yang ke 13. munfatâh disebut Fir’aun al-Khuruj karena Ia yang mengusir Bani Israil dari Mesir. Sementara itu Al-Shawi (II:109) menyebutkan, Fir’aun adalah Laqab (gelar), namanya al-Walîd bin Mush’ib bin al-Rayân, Fir’aun pada awalnya nama orang, lalu menjadi Laqab bagi setiap raja Mesir pada masa Jahili. Ia hidup 620 tahun, lama berkuasanya 400 tahun, selama itu tidak ada yang menentangnya kecuali pada zaman Nabi Musa As.
Musa hidup 120 tahun, antara dia dengan Yusuuf 400 tahun, dan antara Musa dengan Nabi Ibrahîm 700 tahun. Al-Suyuthi (III:509) menyebutkan, Musa As berda’wah kepada Fir’aun selama 80 tahun. Selanjutnya Al-Shawi menyebutkan, Kunyah Fir’aun ada yang menyebutkan Abu Murah dan pendapat lain Abu al-‘Abâs. Dia adalah Fir’aun ke II, Fir’aun ke I, saudaranya yaitu, Qâbaus bin Mush’b bin Malik al-‘Imâliqah. Menurut al-Shawi, Fir’aun Nabi Ibrahîm As adalah raja Namrud di Maushul (Babilon) yang sekarang Negeri Irak, dan Fir’aun Arab Jahili adalah Abu jahal.
Dengan demikian dapat diambil makna umum, Fir’aun itu sebutan (gelar) bagi setiap orang yang sombong dan bertindak sewenang-wenang, Kullu ‘âtin mutamarridin. Di mana dan kapan saja yang bersifat seperti itu dapat disebut Fir’aun, Seperti yang disebutkan al-Shawi; Fir’aun di zaman Nabi Ibrahîm As adalah Raja Namrud, Fir’aun pada zaman Arab Jahili adalah Abu Jahal.
B. Da’wah Nabi Musa As.
Allâh mengutus Musa As untuk berda’wah kepada Fir’aun yang congkak, sombong dan sewenang-wenang. Da’wah Musa As antara lain,
1. Aku adalah Rasûl dari Tuhan pengurus semua alam.
2. Aku tidak berbicara atas nama Allâh kecuali yang benar.
3. Aku bawa bukti keterangan yang jelas dari Tuhan.
4. Utuslah Bani Israîl besertaku untuk beribadah kepada Tuhan.
وَقَالَ مُوسَى يَافِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ {} حَقِيقٌ عَلَى أَن لآأَقُولَ عَلَى اللهِ إِلاَّ الْحَقَّ قَدْ جِئْتُكُم بِبَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِىَ بَنِى إِسْرَاءِيلَ.
“Dan Musa berkata: Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Rabb semesta alam, (.:) wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allâh, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku”. (QS. Al-A’râf [7]:105)
Al-Shawi (II:110) menyebutkan, Musa As minta kepada Fir’aun, agar Bani Israil diutus bersamanya, yaitu ke Syam karena asal mereka itu dari Syam. Adapun tinggal di Mesir karena anak-anak keturunan Nabi Ya’qub datang ke Mesir karena saudara mereka di sana Nabi Yûsuf As lalu mereka tinggal dan berketurunan di sana. Ketika Fir’aun meperkerjakan mereka dengan keras dan kasar, Musa ingin menyelamatkan mereka.
5. Ketika Fir’aun bertanya, siapa Tuhan kamu? Jawaban Musa As.
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَىْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى.
“Musa berkata: Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk”. (QS. Thaha [20]:50)
6. Ketika Fir’aun bertanya? Siapa Rabbul ‘alamin (Tuhan semesta alam)?
قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَابَيْنَهُمَآ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ.
“Musa menjawab: Rabb Pencipta langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya (Itulah Rabbmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”. (QS. Al-Syu’ara [26]:24)
7. Aku diberi wahyu, siksaan itu bagi yang mendustakan dan berpaling.
إِنَّهُ قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَآ أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَن كَذَّبَ وَتَوَلَّى.
“Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling”. (QS. Thaha [20]:48)
BACA JUGA:Israil, Sifat Dan Kehancurannya Dalam Al-Qur’an (Bagian Satu)