Mengangkat Tangan Ketika Berdo'a Ada di Kitab Taurat

oleh Reporter

31 Maret 2018 | 16:39

(Kritik Analisis Jalur Periwayatan Innallāha Hayyun Karīm, ….)   Terdapat hadits-hadits shahih untuk mengangkat tangan ketika berdo’a pada tempat-tempat tertentu seperti ketika berdo’a dalam shalat istisqā dll. Namun apakah di syariatkan di setiap tempat kapanpun kita berdo’a dengan mengangkat tangan? Contohnya ketika berdo’a mengangkat tangan setelah selesai shalat wajib dll. Terdapat hadits yang biasa dijadikan dalil umum sebagai bolehnya atau di syariatkannya mengangkat tangan di setiap kita berdo’a. hadits yang dijadikan dalil umum itu adalah: إنّ الله حيّ كريم يستحي إذا رفع الرجل إليه يديه إن يردّهما صفرا خائبتين “Sesungguhnya Allah swt yang maha pemalu dan maha mulia, malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya (berdo’a) kepadaNya, lalu Dia tidak membalasnya sama sekali”. Apakah hadits ini Shahih? Berikut takhrīj berkenaan hadits ini:
  1. HADITS ANAS R.A:
Riwayat Salman Al-Farisi Yang Marfu:
  1. Riwayat Ja’far bin Maimun
حدّثنا محمد بن بشّار، قال : حدّثنا ابن أبي عديّ ، قال: أخبرنا جعفر بن ميمون صاحب الأنماط، عن أبي عثمان النهدي، عن سلمان الفارسيّ، عن النبيّ ﷺ قال : إنّ الله حيّ كريم يستحي إذا رفع الرجل إليه يديه إن يردّهما صفرا خائبتين. (Terjemah hampir sama dengan diatas) Dikeluarkan oleh: At-Tirmidzy; Kitab Al-Jami’e Al-Kabir lit-Tirmidzy Juz 5 hal.521[1]. Abu Daud; Kitab Sunan Abi Daud  Juz 2 No.1488 hal.112[2]. Ibnu Majah; Kitab Sunan Ibnu Majah Juz 5 No.3865 hal.33[3]. Al-Baihaqy; Kitab As-Sunanu Al-Kubro Lil-Baihaqy Juz 2 No.3146 hal.300[4]. Al-Baihaqy; Kitab Al-Asma Wash Shifati Lil-Baihaqy Jilid 1 No.155 hal.220[5]. Ibnu Hibban; Kitab Shahih Ibnu Hibban Juz 3 No.876 Hal.160[6]. At-Thobarāny; Kitab Ad-Du’a Litthobarony Jilid 2 No.203 Hal.877-878[7]. Al-Hakim; Kitab Al-Mustadrok ‘Ala Ash-Shahihain lil-Hakim Jilid 1 hal.497[8]. Ibnu ‘Ady Al-Jarjany; Kitab Al-Kamil Fi Dlu’afai Ar-Rijal  Juz 2 hal.139[9]. Muhammad bin Salamah; Kitab Musnad Ash-Shihab Jilid 2 No.1111 hal.165[10]. Al-Bazzār; Kitab Al-Bahru Az-Zakhoru Bimusnadi Al-Bazzar Juz 6 No.2511 hal.478-479[11]. Sanad dan Matan diatas riwayat Imam At-Tirmidzy. Dari takhrīj di atas dari mulai Imam At-Tirmidzy sampai Imam Al-Bazzar semua riwayatnya barasal dari satu rowi yang bernama Ja’far bin Maimun. Kemudian selain dari jalan Ja’far bin Maimun yang meriwayatkan dari Abu Utsman An-Nahdy, juga terdapat 2 rowi lagi yang meriwayatkan dari Abu Utsman An-Nahdy yaitu: Sulaiman At-Taimy dan Abu Al-Mu’alla. Berikut riwayatnya:  
  1. Riwayat Sulaiman At-Taimy
حدّثنا محمّد بن النضر الأزدي، ثنا محمّد بن الفرج، ثنا أبو همام محمّد بن الزبرقان، عن سليمان التيمي، عن أبي عثمان النهدي، عن سلمان الفارسي رضي الله عنه، قال : قال رسول الله ﷺ إنّ الله عزّ وجلّ  ليستحي من العبد أن يرفع إليه يديه فيردّهما خائبتين. (Terjemah hampir sama dengan diatas) Dikeluarkan oleh: At-Thobarāny; Kitab Ad-Du’a Litthobarāny Jilid 2 No.202 Hal.877[12]. Muhammad bin Salamah; Kitab Musnad Ash-Shihab Jilid 2 No.1110 hal.165[13] Sanad dan Matan diatas riwayat At-Thobarāny. Dari takhrīj diatas riwayat At-Thobarāny dan Muhammad bin Salamah keduanya mendapat riwayat berasal dari jalan Abu Hammam dari Sulaiman At-Taimy dari Abu Utsman An-Nahdy.  
  1. Riwayat Abu Al-Mu’alla
ثنا الحسين، ثنا الفضل بن سهل، ثنا محمّد بن عبد الله الأنصاري حدّثني أبو المعلّى [14]، قال: سمعت أبا عثمان النهدي يقول : سمعت سلمان الفارسي يقول: قال رسول الله ﷺ إنّ الله حيّ كريم يستحيي إذا رفع العبد يديه أن يردّهما صفراً حتى يضع فيهما خيراً. (Terjemah hampir sama dengan diatas) Dikeluarkan oleh: Mahāmily; Kitab Amaly Al-Mahāmily No.433 hal.380[15]. Al-Baghwi; Kitab Al-Baghwy Fie Syarhi As-Sunnat. Bab Targib Fie Du’a 5/185 no.1385[16]. Al-Baghdādy; Khotib al.baghdādy Fie tārikh 3/235-236. Sanad dan Matan diatas riwayat Al-Mahāmily. Dari takhrīj diatas riwayat Al-Mahāmily, Al-Baghwy dan Al-Baghdady ketiganya mendapat riwayat berasal dari jalan Abu Al-Mu’alla dari Abu Utsman An-Nahdy. Berikut skema sanad dari ketiga rowi tersebut: Demikian jalur yang Marfu’ secara umum semuanya bermuara ke tiga orang rowi sebelum ke Abu Utsman (tabiin) dan ke Salman (Shahabat).  Riwayat Salman Al-Farisi Yang Mauquf: Selain riwayat yang marfu didapatkan, juga terdapat jalur yang mauqūf hanya sampai sahabat Nabi saw yaitu Salman Al-Farisi. Dengan demikian riwayat Salman ini terjadi perselisihan yang perlu pentarjihan, apakah riwayat yang benar itu marfu atau mauquf? dikarenakan jalur periwayatannya sama-sama dari Abu Utsman An-Nahdy dari Salman Al-Farisy. Sebelum masuk pembahasan kesana, Berikut riwayat-riwayat yang mauquf tersebut:
  1. Riwayat Sulaiman At-Taimy
حدّثنا يزيد أخبرنا سليمان التيمي عن أبي عثمان عن سلمان قال : إنّ الله ليستحي أن يبسط العبد إليه يديه يسأله فيهما خيرا فيردّهما خائبتين. (Terjemah hampir sama dengan diatas) Dikeluarkan oleh; Imam Ahmad; Kitab Musnad Al-Imam Ahmad bin Hambal Juz 39 No.23714 hal.119 [17]. Al-Hakim; Kitab Al-Mustadrok ‘Ala Ash-Shahihain lil-Hakim Jilid 1 hal.497[18]. Ibnu Abi Syaibah; Kitab Al-Mushonnaf Libni Abi Syaibah Juz 10 No.30049 hal.119[19] Sanad dan Matan diatas riwayat Imam Ahmad. Dari takhrīj diatas riwayat Imam Ahmad dan Al-Hakim jalur periwayatannya dari Yazin bin Harun dari Sulaiman. Dan adapun riwayat Ibnu Abi syaibah jalur periwayatannya dari Muadz bin Muadz dari Sulaiman.
  1. Riwayat Yazid bin Abi Sholih
حدّثنا وكيع، عن يزيد بن أبي صالح، قال: حدّثني أبو عثمان النهدي، عن سلمان قال: إنّ الله حيي كريم، يستحيي من عباده أن يرفع إليه يده، يدعوه، فيردّهما صفرا، ليس فيها شيء. (Terjemah hampir sama dengan diatas) Dikeluarkan oleh Hannad bin Sieriy; Kitab Al-Juhd Lil-Hannad  Juz 2 No.1361 hal.629[20]  
  1. Riwayat Tsabit Al-Bunnany, Humaid At-Thowil dan Sa’id Al-Juroiry
أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ثنا أبو العبّاس محمّد بن يعقوب ثنا محمّد بن إسحاق الصاغاني ثنا عفّان ثنا حماد بن سلمة عن ثابت وحميد و سعيد الجريري عن أبي عثمان النهدي عن سلمان أنّه قال: أجد في التوراة إنّ الله حييّ كريم يستحي أن يردّ يدين خائبتين سئل بهما خيراً. Dikeluarkan oleh: Imam Al-Baihaqy; Kitab Al-Asma Wash Shifati Lil-Baihaqy Jilid 1 No.156 hal.223 [21] Ketiga rowi ini yakni Tsabit, Humaid dan Sa’id sama-sama meriwayatkan dari Abi Utsman dari Salman secara mauquf. Demikian jalur yang Mauquf secara umum semuanya bermuara ke lima orang rowi sebelum ke Abu Utsman (tabiin) dan ke Salman (Shahabat). Berikut skema sanad dari kelima rowi tersebut: Apabila kita perhatikan dari kedua jalur riwayat tersebut (marfu dan mauquf) ternyata terdapat Sulaiman At-Taimy diantara keduanya. Riwayat yang marfu melalui jalan Abu Hammam dari Sulaiman, adapun riwayat yang mauquf melalui Jalan Yazid bin harun dan Muadz bin Muadz dari Sulaiman. Artinya riwayat ini berselisih. Dan dengan metode tarjih maka riwayat Sulaiman dari jalan Yazid dan Muadz yang mauquf adalah mahfudz (terpelihara) sedang riwayat Sulaiman dari jalan Abu Hammam yang marfu adalah Munkar. Itu dikarenakan Abu Hammam yaitu Muhammad bin Az-Zibriqan yang meriwayatkan dari Sulaiman secara marfu adalah rowi yang suka keliru (Wahm) menurut Ibnu Hajar dan hanya mencapai derajat Shoduq [22]. Abu Hatim memberi penilain Shoduq saja. Ibnu Ma’in dan An-Nasa’i memberi penilaian “La ba’sa bih” [23]. Adapun Muadz bin Muadz dia seorang rowi yang tsiqah. An-Nasa’i, Imam Abu Hatim dan Yahya bin Ma’in mengatakan demikian [24]. Ibnu Hajar menyimpulkan dari berbagai pendapat itu dengan mengatakan: “Tsiqatun Mutqinun”[25] Begitupun Yazid bin Harun termasuk rowi yang Tsiqah. Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Hafidzon Mutqinan”. Yahya bin Ma’in, ‘Ijly, ‘Ali bin Madiny dan Abu Hatim juga menilainya Tsiqah[26]. Dengan begitu Ibnu Hajar memberikan kesimpulan dengan penilaian: “Tsiqatun Mutqinun ‘Abidun” [27] Kedua rowi tersebut (Muadz bin Muadz dan Yazid bin Harun) meriwayatkan dari Sulaiman secara Mauquf. Dan inilah yang terpelihara.   Pentarjihan antara riwayat yang marfu dan mauquf:
  1. Riwayat yang Marfu: terdapat 2 rowi yang meriwayatkan dari Abu Utsman, Yaitu:
  2. Ja’far bin maimun : Dia seorang rowi yang suka salah dalam periwayatan, dari seluruh penilaian para ahlu jarh dan ta’dil imam ibnu hajar memberikan penilaian padanya: “Shoduq Yukhty”[28].
  3. Abu Al-Mu’alla : Yahya bin Maimun dinilai tsiqah oleh An-Nasa’i dan Yahya bin Ma’in dan pada riwayat yang lain Yahya bin Ma’in mengatakan “laisa bihi ba-sun” (nilai sederajat dengan Shoduq[29]). Abu hatim memberi penilaian “sholihu Al-Hadits” [30] (Sholihu Al-Hadits nilai dibawah Shoduq[31]). Dari penilaian itu semua Ibnu Hajar memberi kesimpulan dengan penilaian Tsiqatun [32].
  4. Riwayat yang Mauquf: terdapat 5 rowi yang meriwayatkan dari Abu Utsman, Yaitu:
  5. Tsabit bin Aslam Al-Bunnany: telah di-tautsiq oleh Imam Ahmad, An-Nasa’i. Abu Hatim mengatakan :”Atsbat”[33]. Dan Ibnu Hajar memberikan penilaian: “Tsiqatun ‘Abidun”[34]
  6. Humaid bin Abi Humaid At-Thowily: mendapat nilai Tsiqah dari Yahya bin Ma’in, Ahmad bin ‘Abdullah Al-’Ijly dan Abu Hatim [35]. Ibnu Hajar menyimpulkan Tsiqah[36] dengan catatan beberapa riwayat Anas ia tadliskan yang sebenarnya mendengar dari Tsabit[37].
  7. Sa’id bin Iyyas Al-Juroiry: mendapat nilai Tsiqah dari Yahya bin Ma’in dan An-Nasa’i dan Abu Hatim mengatakan hafalannya berubah menjelang kematiannya (pikun) [38]. Ibnu Hajar mengatakan: “Tsiqatun, pikun sebelum kematiannya tiba kisaran 3 tahun[39]
  8. Sulaiman At-Taimy: “Tsiqatun ‘Abidun” (sudah dibahas sebelumnya)
  9. Yazid bin Abi Sholih: Dikatakan oleh Ibnu Ma’in : “Tsiqatun”[40]
  Berikut skema gambarnya: Dengan melihat penilaian diatas dari masing-masing rowi, Nampak bahwa riwayat ja’far bin maimun adalah lemah dan munkar telah menyalahi riwayat 5 rowi yang mauquf. Adapun jalur riwayat Yahya bin Maimun walaupun ia adalah seorang rowi yang dinilai Tsiqoh oleh yahya bin main dan yang lainnya dan juga hanya mendapat nilai Sholihul Hadits dari Abu Hatim maka riwayat ini adalah Syadz karena telah menyalahi riwayat 5 rowi yang semuanya adalah Tsiqoh bahkan diantaranya ada yang mencapai “Tsiqatun ‘Abidun” yaitu Tsabit dan Sulaiman At-Taimy. Untuk Humaid walaupun memiliki sifat “tadlis” namun beliau Tsiqah dan dalam riwayat ini dipastikan tidak sedang “tadlis”. Begitupun Sa’id Al-Jariry walaupun “mukhtalith” namun beliau Tsiqah dan dalam riwayat ini dipastikan tidak sedang “takhlith” karena kedua-duanya digandeng oleh Tsabit yang “Tsiqutun ‘Abidun”, oleh Sulaiman dan Yazid yang Tsiqatun sehingga secara keseluruhan riwayat yang mauquf ini sungguh telah kokoh dan kuat diriwayatkan oleh 5 orang rowi yang Tsiqah. Kesimpulan: hadits Salman yang mahfudz (terpelihara) adalah riwayat yang mauquf hanya sampai ke Salman. Adapun riwayat yang marfu sampai ke Nabi saw adalah Munkar dan Syad. Bersambung pada jalur hadits Anas bin Malik r.a, … Abu Aqsith, Dadi Herdiansah abu-aqsith.com   [1] Cetakan: Daru Al-Gorby Al-Islamy [2] Cetakan: Daru Ibni Hajm [3] Cetakan: Daru Ar-Risalati Al-‘Alamiyyati [4] Cetakan: Daru Al-Kutubi Al-‘Ilmiyyati [5] Cetakan: Maktabatu As-Sawady. [6] Cetakan: Muassasatu Ar-Risalah [7] Cetakan: Muassasatu Ar-Risalah [8] Cetakan: Daru Al-Ma’rifah. [9] Cetakan: Daru Al-Fikr [10] Cetakan: Muassasatu Ar-Risalah [11] Cetakan: Maktabatu Al-‘Ulumi wa Al-Hukmi [12] Cetakan: Muassasatu Ar-Risalah [13] Cetakan: Muassasatu Ar-Risalah [14] يحيى بن ميمون، القاضي، الكوفي [15] Cetakan: Al-Maktabatu Al-Islamiyatu [16] cetakan: Al-Maktabu Al-Islamy [17] Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati. [18] Cetakan: Daru Al-Ma’rifah. [19] Cetakan: Maktabatu Ar-Rusydy [20] Cetakan: Daru Al-Khulafai Lil-Kitabi Al-Islamy. [21] Cetakan: Maktabatu As-Sawady. [22] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 414 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [23] Kitab Tahdzibu Al-Kamali: Jamaluddin al-Mizzy.  Juz 25 Hal.210 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalti [24] Kitab Tahdzibu Al-Kamali: Jamaluddin al-Mizzy.  Juz 28 Hal.134-135 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalti [25] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 469 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [26] Kitab Tahdzibu Al-Kamali: Jamaluddin al-Mizzy.  Juz 32 Hal.266-267 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalti [27] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 535 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [28] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 81 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [29] Kitab Lisanu Al-Mizan; Ibnu Hajar. Juz 1 Hal.199. Cetakan: Maktabu Al-Matbu’ati Al-Islamiyati. [30] Kitab Tahdzibu Al-Kamali: Jamaluddin al-Mizzy.  Juz 32 Hal.16 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalti [31] Kitab Lisanu Al-Mizan; Ibnu Hajar. Juz 1 Hal.199. Cetakan: Maktabu Al-Matbu’ati Al-Islamiyati [32] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 527 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [33] Kitab Tahdzibu Al-Kamali: Jamaluddin al-Mizzy.  Juz 4 Hal.347 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalti [34] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 71 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [35] Kitab Tahdzibu Al-Kamali: Jamaluddin al-Mizzy.  Juz 7  Hal.359 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalti [36] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 120 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [37] Kitab Tahdzibu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Juz 1 hal. 494 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalah [38] Kitab Tahdzibu Al-Kamali: Jamaluddin al-Mizzy.  Juz 10  Hal.340 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalti [39] Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. Hal 173 Cetakan: Muassasatu Ar-Risalati [40] Kitab Al-Jarh Wa At-Ta’dil; Imam Ar-Rozy.  Jilid 7. Hal.34. Cetakan: Daru Ihyai At-Turotsi Al-‘Aroby.
Reporter: Reporter Editor: admin